Minggu, 10 Desember 2017

Ketika Melahirkan Bayi Ditangani Dukun

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.57 0 komentar

Ketika Bayi Ditangani Dukun

Siang itu matahari tidak sedang bersedu-sedan. Geriap sinarnya justru meruyap selusupi pepohonan di sepanjang lereng pegunungan Moga, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Bagi para pejalan kaki, suasana dan hawa di hamparan hijau ini begitu nyaman. Ditingkahi semilir angin basah pegunungan, nafas seseorang tidak perlu terengah-engah. Tubuh pun tanpa harus berpeluh keringat. Namun lingkungan hijau berhawa relatif sejuk bukanlah prioritas perhatian seorang nenek yang berusia hampir mendekati seabad. Perempuan renta dan trengginas itu berjalan agak tergesa. Ada ibu muda yang harus dia tolong untuk melahirkan.
“Jangan sampai menunggu terlalu lama, kasihan ibu yang bakal melahirkan jabang bayinya ini. Lebih baik kita bergegas cepat membantu persalinannya,” kata perempuan yang biasa disapa Mbah Karsumi oleh warga sekitar.
Hanya berbekal minyak kelapa untuk mengurut perut agar proses kelahiran sang jabang bayi berjalan lancar, Srinth!lterus mengikuti Karsumi ke arah kediaman ibu muda yang membutuhkan jasanya.
Seperti penuturan Mbah Karsumi, kemampuan dan keahlian sebagai dukun bayi dia dapatkan turun temurun. Pewarisan keahlian ini masih berkutat pada wilayah tradisional yang sedikit banyak enggan menerima pola perubahan penanganan kesehatan ibu hamil dan melahirkan.
Entah terjadi secara kebetulan, karena kemampuan dukun bayi atau rendahnya tingkat kesehatan ibu hamil, di Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang ini merupakan salah satu tempat yang mengalami kasus menyangkut kematian ibu saat melahirkan.
Secara statistik, jumlah kematian ibu di Indonesia memang cukup signifikan. Sinyalemen tentang rendahnya tingkat kesehatan rata-rata perempuan di Indonesia merupakan salah satu indikator yang dianggap cukup serius bagi adanya kasus kematian ibu dan bayi. Sebutlah pada tahun 2003 angka kematian ibu (AKI) masih 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (data yang diumumkan oleh Depkes RI). Hal ini berarti, setiap tahun ada 13.776 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai sebab. Masih tingginya kematian ibu melahirkan ini menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, kebanyakan karena komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu, perdarahan, dan keracunan kehamilan.
Memang bukan perkara mudah untuk menjelaskan fenomena kehamilan, kelahiran, dan proses-proses lain yang mengiringinya. Medis punya aturan, sementara dukun bayi pun memiliki pedoman. Selama hamil, biasanya dokter atau bidan selalu menganjurkan para ibu hamil untuk melakukan prosedur penjagaan kehamilan, seperti pemberian tetanus toxid, periksa hamil, pemberian preparat besi, sistem deteksi dini risiko kehamilan, dan sistem rujukan lain. Berbagai prosedur ini pun seringkali harus bersimpang-siur ketika dipraktikkan karena tidak semua ibu hamil melakukan dan menjalani anjuran tersebut. Biaya mahal, jarak yang jauh biasanya menjadi kendala tersendiri bagi para ibu hamil, terutama yang berada di pelosok-pelosok perkampungan.

Harap-harap Cemas Kehadiran Dukun Bayi
Ada beberapa hal yang memungkinkan besarnya tingkat pertolongan persalinan oleh dukun bayi, antara lain keterbatasan tenaga kesehatan terutama bidan. Persalinan dengan pertolongan dukun bayi umumnya dianggap lebih murah, mau memberikan perawatan pada ibu dan bayi lebih lama, dan diyakini dukun bayi mampu menghadapi atau mengatasi masalah-masalah supranatural seperti sawanen.[1] Dengan kenyataan ini ibu hamil di desa merasa aman dan senang melahirkan dengan pertolongan dukun bayi.
Meski proses pembelajaran terhadap dukun bayi masih menemui berbagai kendala, tapi para dukun bayi itu masih memiliki ‘kesabaran’ dan ‘ketelatenan’ bila dibandingkan para medis dari kalangan pendidikan formal. Kesabaran serta ketelatenan ini setidaknya merupakan sisi positif dukun bayi. Etos kerja ini tercermin ketika membantu persalinan dan perhatian terhadap jabang bayi dan ibu hamil hingga 35 hari pasca melahirkan. Mereka pun tidak menuntut berapa besar rupiah yang harus diberikan kepada perempuan dukun bayi sebagai imbal jasa.
Cara dukun bayi merawat kesehatan perempuan pasca melahirkan biasanya dengan jalan memijat perut. Hampir bisa dipastikan bahwa cara seperti ini tidak akan terdengar dari mulut dokter atau bidan karena dianggap akan membahayakan kesehatan ibu yang baru melahirkan. Setiap tubuh tentunya tidak memiliki keseragaman daya tahan cukup kuat terhadap pemijatan ini sehingga bisa berdampak pada pendarahan dan tidak sesuai dengan harapan seorang ibu yang awalnya menginginkan posisi kandungan agar bisa kembali seperti semula. Tidak demikian halnya dengan dukun bayi yang memiliki pedoman lain dalam memulihkan kesehatan perempuan paska melahirkan.
Standarisasi Pertolongan Ibu Hamil
Kecenderungan medis modern adalah memberikan pertolongan kesehatan dengan standar ilmu-ilmu medis modern pula. Dalam hal ini, Departemen Kesehatan merupakan institusi yang dianggap paling otoritatif untuk membuat ukuran sehat/tidak sehat mengenai bentuk pertolongan persalinan. Dari mulai anjuran untuk melahirkan melalui dokter, bidan desa, sampai rumah sakit tertentu membuat dukun bayi menjadi semakin tidak diperhitungkan sebagai alternatif pertolongan persalinan. Bahkan tidak hanya itu, mereka juga dituntut untuk mengubah atau menggeser pandangan masyarakat pada umumnya dan dukun bayi pada khususnya untuk dapat menerima nilai-nilai perubahan atau pengetahuan yang lebih baru dan sehat dalam melakukan pertolongan persalinan.
Transfer pengetahuan melalui pelatihan pertolongan persalinan sehat untuk dukun bayi pun semakin marak dilakukan. Biasanya pelatihan seperti ini dilakukan sebagai bentuk kompromi, mengingat sebagian besar masyarakat pedesaan masih menggunakan jasa dukun bayi, sementara itu risiko kegagalan juga masih sangat tinggi. Oleh karenanya keberadaan dukun bayi yang terlatih dan terdidik serta mau menerapkan pertolongan persalinan yang sehat sangat diperlukan. Yang harus diperhatikan juga adalah, bagaimana “menciptakan” dukun bayi yang punya keterampilan seperti yang diinginkan dan juga mau mempraktikkan ilmunya tersebut.
Ada Bayi dalam Timangan Dukun
Tidak ada celemek (plastik pelindung). Yang ada  hanyalah welat (bilah bambu), kunyit, daun opo-opo untuk sawanan,[2]garam krosok, [3] dan gabah. “Kunyit untuk dipotong dengan welat baru welatnya untuk memotong pusar, daun opo-opoini untuk dipakai ibu hamil di kepala (di sanggul) agar terhindar dari candik olo,[4] garam krosok dan gabah untuk memecah ketuban jika ada anak lahir dalam keadaan bungkus (terbungkus ketuban),” ujar Mbah Karsumi.
Itulah fenomena yang kerap kita lihat tentang persiapan dan bentuk pertolongan persalinan yang biasanya dilakukan oleh dukun bayi. Tidak ada gunting, suntik, atau bahkan inkubator jika sewaktu-waktu terjadi kelahiran prematur. Keadaan ini sudah berlangsung puluhan tahun atau bahkan berabad-abad yang lalu. Tapi kali ini dunia berbicara lain. Modernitas turut andil dalam melindas hampir segala sesuatu yang berbau tradisional, kampungan, dan primitif. Dukun bayi dengan segala eksistensinya mulai digugat, dipertanyakan, dan ditempatkan pada posisi terpojok hanya karena pola pertolongannya tidak sesuai dengan standar pertolongan medis modern.
Anke Neihof (1992) pernah menyatakan bahwa peran dukun bayi di Indonesia masih sangat besar. Meskipun bentuk dan peran dukun bayi di masing-masing daerah berbeda-beda tetapi pada prinsipnya tetap untuk menolong persalinan. Di tempat-tempat tersebut kaum perempuan sudah terbiasa menyerahkan urusan perawatan tubuh dan bayi pada dukun. Tidak sedikit yang percaya bahwa dukun bayi bisa melihat posisi rahim, posisi bayi, dan kapan seorang perempuan akan memunyai anak, serta bisa membetulkan letak bayi yang sungsang [5] atau salah posisi. Ada juga yang masih sejak belum punya anak sudah meminta pertolongan dukun bayi untuk mengurut  (memijit) perutnya agar cepat punya anak tak pelak, kemampuan yang dimiliki oleh dukun bayi tersebut makin menambah kepercayaan kaum perempuan untuk melahirkan dengan pertolongan dukun.
Hanya saja, kemampuan dukun bayi ini lambat-laun menuai kritik dari kalangan medis modern. eksistensi para dukun bayi terusik ketika sederet contoh kegagalan pertolongan persalinan dijadikan potret tentang ketidakmemadaian dukun bayi sebagai alternatif. Mungkin, persoalannya tidak sebatas itu. Alih-alih memosisikan dukun bayi sebagai pihak yang keliru, tidak sedikit pula contoh kegagalan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis modern yang lebih “canggih.” Tentunya, hal lain yang juga lebih penting adalah tidak terlalu tergesa-gesa membuat kesimpulan bahwa dukun bayi merupakan pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya upaya pertolongan persalinan bagi ibu-ibu melahirkan.
Bagaimanapun, pemerintah (Departemen Kesehatan) tetap merasa perlu untuk memberikan pelatihan pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar kesehatan kepada dukun bayi dengan harapan agar para dukun bayi tersebut bersedia mempraktikkan hasil pelatihan yang mereka dapat, demikian pula dalam penggunaan alat-alatnya. Di dalamnya terdapat  asumsi: dukun bayi adalah pihak yang tidak mau menerima inovasi baru tentang kemajuan praktik medis yang berkaitan dengan persalinan. Ada penolakan, ada juga penerimaan. Tidak sedikit dukun bayi yang menerima lalu kemudian belajar beradaptasi dengan tawaran baru yang diberikan pemerintah, tapi tidak sedikit pula yang tetap bersiteguh menggunakan cara-cara tradisional dalam membantu persalinan.
Ketidaktunggalan persepsi para dukun bayi dalam menerima ide-ide dan praktik medis modern tentu tidak bisa dipandang sebagai keterbelakangan budaya atau kukuhnya perilaku primitif. Kekakuan dukun bayi dalam memperlakukan medis modern sepatutnya dicermati sebagai sebuah kebijakan tersendiri yang dalam beberapa hal tidak mungkin bisa dipaksakan secara congkak untuk berubah. Mungkin, tukar pengalaman dan kemampuan pertolongan persalinan antara dukun bayi “tradisional” dengan tenaga medis “modern” justru harus dilakukan. Karena dalam hal-hal tertentu, terdapat pengalaman yang tidak bisa disamaratakan antara keduanya. Biasanya, unsur ketelatenan mengurus bayi dengan kasih sayang lebih dimiliki oleh dukun bayi ketimbang perawat, bidan, atau yang lain yang lebih kaku dalam memperlakukan ibu dan bayi yang baru lahir.
Kalaupun tokh dukun bayi juga dianggap sebagai kalangan “tua dan terdahulu”, minim wawasan dan pendidikan, tentu tidak arif dijadikan argumentasi untuk membekuk atau bahkan memangkirkan peran sosial dan kultural para dukun bayi. Pada praktiknya, tidak semua hal yang berkaitan dengan persalinan cukup mudah diselesaikan dengan mengundang seorang bidan atau melalui rumah sakit mewah, meskipun pada tataran tertentu juga tidak cukup selesai dengan menghadirkan dukun bayi dalam rangka menyelamatkan proses kelahiran seseorang. Untuk itu, ada sesuatu yang tetap penting untuk dijelaskan yaitu melakukan aksi komunikatif antara pihak-pihak yang selama ini dijadikan masyarakat sebagai rujukan pertolongan persalinan, baik dukun bayi maupun tenaga medis modern.
Persalinan oleh Dukun Bayi: Mudahkah?
Secara umum masyarakat masih menyikapi suatu peristiwa kehamilan dan kelahiran dikaitkan dengan peristiwa atau nilai-nilai budaya. Meskipun dalam kondisi hidup yang sederhana, namun untuk kedua peristiwa ini tidak jarang keluarga yang bersangkutan akan mengadakan upacara-upacara yang bertujuan menjaga keselamatan janin secara “supranatural” daripada nilai medisnya. Peranan dukun bayi pun sudah mulai tampak sejak awal kehamilan sampai kelahiran.  Dalam upacara tujuh bulan yang sering disebut dengan istilah mitoni [6] dukun bayi menjadi pemimpin jalannya upacara untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dikandungnya dari mara bahaya. Bahkan masyarakat percaya bahwa dukun bayi bisa dijadikan mediator antara keluarga ibu hamil dan roh leluhur, sehingga keluarga akan mempercayakan dukun untuk memintakan restu demi keselamatan ibu dan bayinya. Setelah upacara mitoni ini berakhir hubungan antara dukun bayi dengan ibu hamil tidak terputus, justru makin intensif. Dukun bayi akan datang secara periodik untuk merawat ibu hamil, seperti memijit/mengurut, dan dukun ini pula yang nanti dipercaya membantu proses persalinan.
Ketika waktu persalinan tiba, sambil menunggu saat-saat kelahiran bayi, masing-masing dukun punya cara tersendiri untuk menyiasati waktu tunggu tersebut. Kebanyakan dukun bayi memberi nasihat-nasihat sambil menyabarkan calon ibu. Biasanya nasihat yang diberikan selalu dikaitkan dengan adat, kebiasaan, atau tingkah laku calon ibu yang bersangkutan. Bahkan nasihat yang berupa ajaran kepasrahan untuk menerima takdir kematian jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam proses persalinan, karena jika hal itu terjadi sudah merupakan kodrat perempuan.
Biasanya lingkungan atau tempat yang akan dipakai untuk melahirkan harus terang dan bersih, untuk itu dukun bayi akan meminta membuka jendela jika ada, dan kalau tidak dia akan meminta tolong untuk membuka genting atau meminta penerangan dengan lampu petromaks. Namun satu kasus yang kebetulan sempat diikuti proses dari awal sampai akhir di salah satu desa, justru dukun menolong persalinan dalam kamar yang remang-remang cenderung gelap. Dukun yang menolong tersebut sudah sangat tua, ia mengaku berusia 90 tahun. Ketika ia dipanggil untuk menolong persalinan, ia tidak membawa alat-alat dukun Kit-nya. Ia hanya membawa minyak kelapa dan bungkusan di selendangnya, yang berisi obat merah dan welat [7] yang akan digunakan untuk memotong tali pusar. Menjelang maghrib, sang dukun baru tiba di rumah ibu yang akan melahirkan. Sang dukun bayi hanya meminta direbuskan air dan meminta kain panjang dalam kamar yang temaram. Tidak lama kemudian bayi bisa keluar dengan selamat dengan pertolongan yang benar-benar jauh dari standar kesehatan.
Peristiwa melahirkan ini memang kebanyakan masih kental diwarnai dengan kepercayaan dan adat masyarakat setempat. Bahkan tidak jarang ditemui peristiwa melahirkan yang dilakukan di tanah beralas tikar karena kalau di tempat tidur akan mendatangkan sengkolo (bahaya) bagi bayi dan ibunya. Ada juga yang diharuskan melahirkan di atas tampah (tempat menampi beras) di lantai, masyarakat percaya bahwa melahirkan memang harus demikian demi keselamatan ibu dan bayinya.
Sampai saat ini masih sedikit jumlah dukun bayi yang mempunyai peralatan dukun Kit. Peralatan canggih sudah barang tentu memiliki aturan (sterilisasi) pada dirinya. Prosedur sterilisasi memang sering diabaikan oleh dukun bayi karena faktor terburu-buru, banyak pasien, atau juga belum terbiasa. Mungkin, inilah salah satu asumsi tentang risiko terkena tetanus yang berakibat kematian bayi.
Hubungan ibu dan dukun bayi akan terjalin terus setelah melahirkan sampai kira-kira 35 hari (selapan ). Hal ini bisa dimaklumi karena dukun bayi diminta merawat ibu dan bayi dengan imbalan yang tidak begitu mengikat harus dibayar dengan uang tunai. Hal ini akan sangat berbeda kondisinya jika melahirkan ditolong oleh bidan desa yang seringkali tidak akan dengan suka rela mau merawat ibu dan bayi sampai 35 hari tanpa imbalan memadai. Biasanya ibu akan dipijit atau diurut oleh dukun bayi setelah masa nifas yang sering disebut dengan “walik dadah“. Tentu ada kontroversi. Secara medis setelah masa nifas perut ibu tidak boleh dipijit karena bisa menimbulkan luka baru dan perdarahan, sementara menurut sebagian dukun bayi tidaklah demikian. Jika setelah dipijit terus keluar darah dikatakan sebagai darah kotor yang tersisa, dan justru akan diurut terus sampai berhenti mengeluarkan darah. Persoalan makan pun jadi fenomena. Kondisi ini diperparah dengan di beberapa perkampungan, sembarangan makan pada waktu hamil dan paska melahirkan adalah pantangan. Ada kebiasaan, ibu yang baru melahirkan harus makan makanan yang direbus dan bukan yang digoreng, telur dan daging ayam juga tidak boleh dimakan, ibu juga dilarang makan gula merah karena nanti anaknya akan lodoken(kotoran yang keluar dari mata). Sementara bidan justru menganjurkan agar makanan-makanan tersebut tetap dikonsumsi karena sangat membantu pemulihan kesehatan ibu dan dapat memperbanyak produksi air susu ibu (ASI).
Ada yang selamat, ada juga yang meninggal meskipun ditolong dengan prosedur yang berbeda. Baik dukun bayi maupun bidan tentu tidak lebih sebagai perantara yang tidak bisa dijadikan sebagai penentu tunggal. Banyak hal yang harus dilihat ketika seorang ibu akan melahirkan: kesehatan fisik maupun mental, ketepatan waktu, dan banyak lagi yang lain yang juga sangat menentukan proses melahirkan.
Di samping itu, dukun bayi merupakan fenomena yang sulit surut dan terpukul mundur oleh gencarnya modernitas yang sarat kekakuan. Dukun bayi merupakan entitas yang juga masih kental spirit kultural, sarat kasih sayang dan ketelatenan yang semua itu tidak mudah ditemukan di puskesmas atau rumah sakit mewah di bilangan kota. Mengkerdilkan dukun bayi dan memangkirkan dari komunitas masyarakat bukan hanya tindakan yang tidak arif melainkan juga mematok orang untuk patuh pada satu pilihan. Padahal, kehadiran dukun bayi merupakan pilihan dari berbagai pilihan lain yang bisa dirujuk. Mungkin, yang tetap penting untuk dilakukan adalah memberikan wadah, merangkul, dan berbagi pengetahuan tentang perlunya menolong ibu melahirkan secara baik tanpa adanya peminggiran terhadap dukun bayi lebih karena asumsi: sang dukun hanyalah produk tradisional yang tidak patut memenuhi rongga-rongga modernitas.

Melahirkan Di Dalam Air ( Waterbirth )

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.35 0 komentar
Melahirkan Di Dalam Air (Waterbirth)

melahirkan di airMelahirkan di dalam air atau Water Birth mulai populer di Eropa, terutama Rusia dan Prancis pada tahun 1970-an. Tujuannya saat itu adalah untuk memudahkan lahirnya bayi. Melahirkan dalam air dapat mengurangi rasa sakit pada ibu. Idenya berawal dari pemikiran bahwa janin yang selama sembilan bulan berenang dalam air ketuban dapat lebih nyaman memasuki dunia baru yang juga air. Setelah itu bayi akan bernapas dan menghirup udara.

Namun, ada beberapa resiko pada water birth, misalnya adanya komplikasi pada paru. Kadang bayi kesulitan bernapas ketika berada dalam air. Maka jika ingin melahirkan dalam air, Anda harus dulu berkonsultasi dengan dokter.

 
Manfaat Melahirkan di Air

Manfaat bagi ibu :

Para pakar kesehatan dibidang ginekologi mengakui bahwa melahirkan didalam air memiliki kelebihan dibanding metode melahirkan lain, yaitu:

Baca Juga: Panduan Lengkap Proses Melahirkan Normal Yang Nyaman & Lancar
. Ibu akan merasa lebih rileks karena semua otot yang berkaitan dengan persalinan menjadi lebih elastis

. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan, sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.

. Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat.

Manfaat bagi bayi :

. Menurunnya resiko cedera kepala bayi.

. Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.

Proses Melahirkan Di Air

Proses dan melahirkan dalam air sama saja dengan melahirkan normal, hanya tempatnya yang berbeda. Dilakukan didalam sebuah kolam cukup besar (berukuran 2 meter) yang terbuat dari plastik atau bath tube dengan benjolan-benjolan pada alasnya agar posisi Anda tidak merosot. Selain kolam plastik, fasilitas pendukung lainnya adalah pompa pengatur air agar tetap bersikulasi, pengatur suhu (water heater) untuk menjaga air tetap hangat, serta termometer untuk mengukur suhu. Kolam yang sudah disterilisasi kemudian diisi air yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh, yaitu sekitar 36-37 Celcius. Ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara didalam perut dan diluar, dan agar bayi tidak mengalami hipotermia.

Selanjutnya Anda mengejan seperti biasa. Mengingat tempatnya di air, bayi yang baru keluar otomatis berendam dulu selama beberapa saat didalam air (sekitar 5-10 detik). Ini tidak masalah karena suhu air hampir sama dengan suhu cairan ketuban tempat bayi "berenang" sebelum dilahirkan. Itu sebabnya ketika baru keluar, bayi tidak menangis, mungkin dia merasa seolah seperti belum lahir karena kondisinya sama antara didalam dan diluar. (Baca juga: Tanda akan melahirkan)

Batasan Melahirkan Di Air

Melahirkan diair tetap ada batasan dan pertimbangan medis untuk diperkenankan. Beberapa faktor yang tidak membolehkan persalinan dalam air, antara lain panggul ibu kecil, bayi lahir sungsang atau melintang, ibu yang sedang dalam perawatan medis, ibu memiliki penyakit herpes, serta beberapa keadaan lainnya. Ibu yang mengindap herpes disarankan untuk tidak melahirkan dengan metode ini, karena kuman herpes tidak mati didalam air sehingga dapat menular kepada bayi melalui mata,selaput lendir,dan tenggorokan bayi. ( Artikel lainnya: Video Melahirkan )


Syarat lainnya, proses melahirkan didalam airtidak bisa dilakukan sembarangan, kendati terlihat mudah. Pengawasan dari pihak medis tetap diperlukan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Resiko Melahirkan di Air

Resiko yang terjadi adalah bayi menelan air. Maka dari itu, air kolam dibuat steril sehingga walaupun tertelan bayi tidak membahayakan. Bayi juga mengalami temperatur shock jika suhu air tidak sama dengan suhu ibu saat dilahirkan, yaitu 36-37 celcius. Resiko pada ibu adalah hiportemia(suhu tubuh terlalu rendah) akibat proses melahirkan yang lebih lama dibandingkan waktu yang diperkirakan.

TIPS :

. Buatlah keputusan yang tepat setelah berkonsultasi dengan dokter. Jika Anda memastikan melahirkan di dalam air, yakinlah itu cara terbaik bagi Anda.

. Mengikuti senam hamil. Senam hamil berguna untuk melatih pernapasan dan melenturkan lubang vagina sehingga memudahkan kelahiran si bayi.

. Pilihlah rumah sakit yang memiliki fasilitas water birth dengan tenaga dpkter dan perawat yang terlatih.

Beberapa Penyebab Susah Hamil

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.28 0 komentar
Beberapa pasangan akan mulai merasakan sulitnya mendapatkan keturunan setelah mencoba beberapa kali dan tidak berhasil.

Apalagi sudah melakukan tips-tips cepat hamil yang di sarankan.

Tidak sedikit pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan.

“kenapa sih saya susah hamil?”

“bagaimana cara cepat hamil yang sudah terbukti?”

“Dia kok cepet banget hamilnya, padahal nikahnya baru kemaren…?”

dan pertanyaan lain yang semisalnya.

Kekhawatiran seperti ini sering muncul di tahun pertama setelah program hamil dilakukan. Penyebabnya harus segera dicari.

Jika telah melewati 1 tahun lamanya namun belum juga mendapatkan anak, maka harus segera konsultasi ke dokter.

Dokter akan mencoba mendeteksi penyebabnya, dan mengobati masalah penghambat kehamilan anda tersebut.

Ada beberapa masalah umum yang paling sering menjadi penghambat, atau jawaban mengapa beberapa pasangan sulit mendapatkan kehamilan.

Berdasarkan statistik, penyebab susah hamil dikarenakan infertilitas masing-masing pasangan.

Infertilitas oleh pihak istri sebesar 45% meliputi masalah pada saluran telur, masalah ovulasi, endometriosis, rahim dan mulut rahim.

40% infertilitas dari pihak suami meliputi masalah pengeluaran sperma, pematangan dan produksi sperma, infeksi bawaan yang menyebabkan penyempitan saluran sperma, faktor imun, maupun faktor asupan gizi.

Sedangka 10-15% sisanya belum diketahui dan masih belum jelas.

Di bawah beberapa “biang keladi” ketidaksuburan sekaligus penghambat kehamilan yang paling sering ditemukan pada pasangan (suami maupun istri) yang sedang berusaha untuk hamil.

20 Penyebab Ketidaksuburan Pasangan Suami Istri.

1 Sering Mengalami Stres
Stres dan KesuburanTernyata, gaya hidup mempunyai andil besar dalam menentukan tingkat kesuburan seseorang.

Sekitar 15-20% infertilitas disebabkan oleh gaya hidup yang memicu stres.

Padahal kondisi psikologi yang penuh gejolak dan tekanan dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis, spasme tuba falopi, gangguan ovulasi, dan menurunnya gairah berbubungan suami-istri. Baca juga: Stres Bikin Susah Hamil?

2 Terlalu Kurus
Wanita yang terlalu kurus pada umumnya sering mengalami gangguan pada siklus menstruasi, misalnya saja atlet maraton, penari balet, model, maupun wanita yang mengalami penurunan berat badan drastis secara mendadak.

Hal ini dapat dimengerti sebab fungsi lemak antara lain adalah melancarkan metabolisme tubuh seseorang.

3 Kegemukan (obesitas)
Cara Cepat Hamil Untuk Wanita Yang KegemukanWanita dengan timbunan lemak bisa mengganggu kinerja organ tubuhnya, termasuk organ reproduksi itu sendiri.

Tingginya kadar kolesterol akan mengacaukan keseimbangan hormon sehingga berdampak pada terganggunya siklus menstruasi, haid kadang terlambat datang, atau bahkan sama sekali tidak datang dalam beberapa bulan meskipun tidak hamil.

Bisa juga sebaliknya, menstruasi secara terus menerus keluar tetapi tidak teratur.

Padahal, jika siklus menstruasi tidak teratur akan sulit melakukan perhitungan pematangan sel telur, ovulasi tidak dapat dideteksi dengan tepat, sedangkan melakukan hubungan seksual diluar masa ovulasi sangat kecil peluangnya untuk terjadi pembuahan.

Sementara pria pria yang terlalu gemuk memiliki tumpukan lemak dimana-­mana, daerah bagian atas kemaluan (pubis) salahsatunya.

Penumpukan lemak di daerah ini mengakibatkan penis tampak kecil dan lebih pendek. Sehingga membatasi kontak saat berhubungan seksual.

Selain itu, kegemukan juga memperngaruhi kadar hormon testosteron.

Sebagaimana diketahui, bahwa hormon testosteron bertanggung jawab dalam perkembangan organ reproduksi, seperti munculnya penanda seks sekunder pria sebelum masa puber, keberlangsungan pembetukan sperma, dan mempertahankan fungsi seksual pria setelah masa puber tersebut.

4 Polusi Lingkungan
Sebagai contoh, polusi udara karena kebiasaan merokok ataupun timbal buangan dari kendaraan bermotor.

Mengandung zat polutan yang terbukti dalam menurunkan kualitas sperma pria.

Sama halnya dengan ganja, heroin, maupun kokain bisa mengkibatkan terganggunya sekresi hormon prolaktin dan gonadotropin sehingga pelepasan sel telur pada wanita menjadi terhambat.

5 Minuman Beralkohol
alkoholWanita yang menenggak minuman beralkohol akan menekan produksi hormon progesteron dan estrogen, akan tetapi meningkatkan kadar prolaktin sehingga menghambat poses ovulasi.

Sedangkan pria yang akrab dengan minumal beralkohol akan mengurangi ukuran testis dan bisa menurunkan volume air mani, mobilitas, morfologi, maupun konsentrasi spematozoa mereka.

6 Obat-Obatan
Sejumlah jenis obat-obatan yang termasuk golongan narkotik ataupun obat-obatan kedokteran seperti jenis antibiotik, obat maag, obat darah tinggi, antikejang, serta obat-obatan yang digunakan untuk terapi kanker, bisa mempengaruhi kualitas sperma dan menurunkan kesuburan wanita.

7 Faktor Usia
Hamil di Usia Tua, Mungkinkah?Ketika wanita telah memasuki usia 35 tahun, tingkat kesuburan mereka mulai menurun.

Di usia 37 tahun, semakin menurun drastis hingga akhirnya memasuki masa menpause di usia 40-45 tahunan.

Sel telur wanita pun semakin berkurang setiap kali mereka mengalami menstruasi, dan lama-kelamaan habis ketika telah menopause.

Sedangkan pria justru sebaliknya, usia yang semakin bertambah tidak membatasi kesuburan mereka, di mana testis akan senantiasa memproduksi sel-sel spermatozoa sepanjang tidak ada masalah dengan anatominya.

8 Olahraga Terlalu Keras
Wanita yang melakukan olahraga secara berlebihan dapat menhambat mereka mendapatkan kehamilan karena terganggunnya siklus mestruasi.

Hal ini disebabkan oleh penurunan level gonadotropin dan peningkatkan produksi kortisol dan edorphin.

9 Sumbatan Pada Vagina
vaginaApabila terjadi sumbatan maka proses penyampaian air mani menjadi terhambat.

Sumbatan jenis pertama yakni sumbatan psikogen atau sering disebut dispareunia / vaginismus.

Sumbatan jenis yang kedua yaitu sumbatan anatimis seperti vaginitis, radang vaginia yang disebabkan oleh candida albicans / trikomonas (kuman yang hidup dalam vagina yang bisa menghambat pergerakan sperma).

10 Kelainan Mulut Rahim
Mulut rahim normal akan mengarah ke depan, sehingga langsung berhadapan dengan dinding belakang vagina.

Hal inilah yang memungkinkan sel sperma untuk sampai ke dalam saluran mulut rahim.

Jika terjadi penyimpangan dari kondisi normal, seperti posisi rahim yang menghadap ke belakang maka proses pembuahan akan terhambat sehingga sulit untuk memperoleh kehamilan.

11 Kelainan Rahim
kelainan rahimKelainan rahim biasanya disebabkan oleh perlengketan, polip atau mioma, masalah konstraksi rahim, dan peradangan endometrium. Yang semuanya dapat menghambat perjalanan sel sperma.

Meskipun kehamilan diperoleh, biasanya kehamilan tersebut berkakhir sebelum waktunya.

12 Kelainan Saluran Telur
Kelainan ini merupakan masalah infertilitas yang paling sering ditemukan.

Misalnya tuba membesar secara keseluruhan atau endometriosis, peradangan yang menyebabkan tuba memendek, pembentukan jaringan ikat (fibrosis), dan perlekatan tuba yang mengganggu fungsi fimbria (berbentuk rumbai-rumbai dan terdapat di bagian ujung saluran rahim).

13 Kelainan Ovarium (Indung Telur)
kelainan ovariumApabila ovuarium (indung telur) ternganggu, misal adanya kista endometriosis atau tumor dapat menyebabkan ovulasi tidak terjadi.

Lalu, bagaimana mungkin bisa hamil jika tidak ada sel telur yang siap untuk dibuahi?

14 Gondongan
Meskipun kemungkinan terjadinya kecil, hanya sekitar 20-30%.

Gondongan tidak bisa dianggap sepele karena merupakan penyebab yang memungkinkan kesuburan pria terganggu.

Berat atau tidaknya gangguan kesuburan bergantung pada tingkat kerusakan testis sebagai ‘pabrik’ sel sperma.

Jika ternyata rusak parah, maka yang bersangkutan bisa mengalami jumlah sperma nihil (asthenozoospermia).

Kerusakan seperti ini sifatnya permanen dan tidak bisa diperbaiki dengan cara apapun.

15 Infeksi Vagina
Infeksi vaginaPada umumnya, infeksi ditandai munculnya keputihan yang harus diberikan perhatian secara serius.

Karena jika dibiarkan berlanjut dan tidak dilakukan pengobatan, maka infeksi ini akan semakin meluas ke atas hingga rahim atau ke adneksa yang terdiri dari indung telur, saluran telur, otot penyangga rahim atau ligamen.

Pengobatan bisa dengan obat-obatan antibiotik yang tepat.

Namun mengobati infeksi ini butuh kesabaran saat melakukan terapi hingga infeksi benar-benar sembuh.

Anda juga dapat mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan vagina saat buang air.

Khususnya jika terpaksa harus buang air di tempat umum yang kebersihannya kurang terjaga, sebisa mungkin begitu menemukan air bersih untuk segera dibilas.

Perhatikan juga cara membasuhnya, yaitu dari atas ke bawah. Bukan sebaliknya, dari dubur ke arah vagina, karena hal ini memungkinkan kuman yang bersarang di anus terbawa ke vagina.

16 Endometriosis
Seorang wanita dapat dikatakan terkena endometriosis ketika jaringan endometrium tumbuh bukan di tempat yang seharusnya.

Munculnya endometriosis diduga karena rangsangan hormon estrogen yang terlalu berlebihan, sehingga dasar pengobatannya pun dengan pengobatan hormonal, yaitu dengan memberikan hormon anti estrogen selama paling kurang 2 bulan.

Dengan demikian, diharapkan perkembangan jaringan endometrium dapat terhambat dan tidak menjalar ke mana-mana.

Celakanya, ovarium menjadi tempat yang paling sering ditumbuhi jaringan edometrium ini.

Sehingga dapat mengakibatkan perlengketan ke usus, saluran telur, rahim, maupun organ lain disekitarnya.

Jika setelah pemberian hormon tidak didapatkan perbaikan, biasanya akan dilakukan tindakan operasi laparoskopi atau laparotomi.

17 Kuratase Berulang
keguguranKuret yang dilakukan berulang kali untuk waktu yang berdekatan, diduga dapat menjadi pemicu munculnya perlengketan pada rahim.

Apalagi jika kuret tidak benar-benar steril, Endometrium menjadi menutup yang seharusnya berbentuk rongga, dengan demikian yang bersangkutan menjadi susah punya keturunan bahkan mandul.

18 Kelainan Plasenta
Secara normal, plasenta dengan sendirinya akan keluar sekitar 30 menit setelah bayi dilahirkan.

Jika lebih dari 30 menit dan tidak keluar, mau tidak mau hari segera dilakukan cara manual untuk mengeluarkannya, meskipun resiko bisa terjadi pendarahan karena jebol-nya pembuluh darah.

Jika kondisinya teramat parah, alternatif lain yang dapat ditempuh yaitu dengan pengangkatan rahim untuk meminimalisir pendarahan.

Kondisi inilah yang kemudian membuat rahim menjadi carut marut, dan menyebabkan infertiltas.

19 Riwayat Operasi
riawayat operasiKarena setiap tindakan operasi selalu menyisakan luka terbuka, khusunya setelah melakukan sesar dan operasi usus buntu.

Peluang terjadinya perlengketan sering disebabkan oleh proses sesar yang tidak benar, menyisakan banyak darah, atau mereka yang penyembuhan lukanya kurang bagus seperti lukanya belum kering dalam waktu seminggu setelah operasi.

Inilah pentingnya melakukan kontrol kepada dokter yang menangani operasi tersebut.

Sementara melakukan sesar untuk kedua kali atau seterusnya membuat kemungkinan terjadinya perlengketan antara rahim dan dinding perut, usus, dan juga kandung kemih semakin besar.

20  Varikokel
Varikokel adalah varises akibat pelebaran pada katup pembuluh darah balik yang terjadi di kantung testis.

Pembuluh darah yang melebar di katup vena ini tentu akan mengganggu fungsi testis sebagai tempat produksi sel sperma, mempengeruhi jumlah maupun kaulitas sperma yang diproduksi.

Usia normal anak untuk bisa berjalan

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.27 0 komentar
Rentang usia normal anak untuk bisa berjalan sebenarnya bervariasi, mulai dari usia 9-18 bulan. 

Terlepas dari kemampuan fisik anak, menurut Dr. Judith A. Hudson, pakar psikologi perkembangan anak dari The State University of New Jersey, New York, Amerika Serikat seringkali memanjakan anak sebagai biang keladinya. Misalnya, karena takut melihat anak jatuh saat belajar jalan, melangkah oleng sedikit saja, langsung dipegangi. Trauma ketika latihan jalan juga bisa menjadi penyebab, misalnya saat pertama kali melangkah, ia jatuh lalu terluka. 

Perlu khawatir ketika penyebab anak tidak kunjung berjalan adalah Hipotonia, yaitu kondisi yang ditandai dengan penurunan berat otot. Sedangkan Hipertonia yaitu kondisi yang ditandai dengan kenaikan berat otot. Atau keterlambatan berjalan diasosiasikan dengan masalah perkembangan mental anak, seperti keterbelakangan mental.

Tak perlu khawatir jika tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot yang diderita anak. Cepat atau lambat, anak pasti akan berjalan. 

Bila saat ini si kecil sudah dapat berdiri sendiri dan mulai melangkah dengan berpegangan sekilas ia masih dalam taraf perkembangan yang normal. Terlebih bila tingkat perkembangan neuromotorik lain dan kognitif (kepandaiannya) sesuai dengan tingkat perkembangan seusianya. Memang pada sebagian anak, seusia si kecil ada yang belum dapat berjalan sendiri. Namun secara bertahap biasanya lambat laun ia dapat berjalan sendiri. Perlahan-lahan latihlah ia untuk memberanikan dirinya melangkah. 

Tahap perkembangan gerakan motorik normal 
- 6-8 bulan: Duduk dan merangkak dengan dua dengkul kaki. 
- 12-18 bulan: Berdiri tanpa bantuan, Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau 3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan. 
- 18-24 bulan: Berjalan tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan, Membawa mainan besar sambil berjalan, Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan. 
- 24-36 bulan Umumnya mampu memanjat dengan baik, berjalan naik/turun tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, Berjalan jinjit. 

Konsultasikan pertumbuhan dan perkembangan anak ke dokter spesialis anak. 

Solusinya:
Lakukan pemeriksaan neurologis, penilaian terhadap fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan berbagai gerakan dengan ahli syaraf.
Ajak anak untuk dititah. Cara tradisional ini terbukti ampuh untuk merangsang kemampuan berjalan.
Lakukan fisioterapi atas rekomendasi dokter bila latihan di rumah hasilnya tidak maksimal. Anak akan mendapat tip penguatan otot kaki di sana. 

Menguburkan Ari-ari yang Benar dalam Islam

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.23 0 komentar
Inilah Hukum dan Tata Cara Menguburkan Ari-ari yang Benar dalam Islam

 Memiliki anak tentu menjadi keinginan bagi setiap pasangan yang sudah berumah tangga. Di Indonesia ada banyak ritual yang harus dilakukan ketika si jabang bayi baru di lahirkan ke dunia. Ritual tersebut adalah menguburkan ari-ari bayi, hal ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Banyak masyarakat Jawa yang percaya bahwa ari-ari bayi itu sangat berhubungan dengan bayi yang baru dilahirkan. Bahkan sering disebut sebagai kembaran atau penjaga bayi saat di dalam kandungan. Untuk itu setelah bayi lahir maka ari-ari tersebut harus dikuburkan. Jika tidak, maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada si bayi.
Akan tetapi, adakah cara yang demikian di dalam Islam? Adakah Islam menganjurkan untuk menguburkan ari-ari? Lalu bagaimana seharusnya kita sebagai umat muslim memperlakukan ari-ari bayi yang baru lahir? Untuk mengetahui jawabannya, berikut kita simak ulasan selengkapnya.

Plasenta atau tembuni merupakan salah satu organ dalam kandungan pada masa kehamilan. Plasenta atau yang sering dikenal dengan ari-ari bayi ini memiliki fungsi sebagai pertukaran produk-produk metabolisme dan produk gas antara peredaran darah ibu dan janin.

Tentu, ari-ari bayi ini sangat berfungsi dan sangat membantu perkembangan jabang bayi saat berada di dalam kandungan. Namun setelah bayi lahir, ari-ari yang tadinya berfungsi akan kehilangan fungsinya. Hal itu dikarenakan, bayi tidak berada di dalam janin sang ibu lagi.

Menurut budaya masyarakat Jawa penanaman atau penguburan ari-ari ternyata ada urutan yang harus dilaksanakan. Untuk langkah pertama, ari-ari jabang bayi dimasukkan ke dalam bentuk yang terbuat dari tanah liat, bentuknya seperti kuali kecil.

Setelah itu, ari-ari dibungkus dengan kain putih dan disertakan dengan bunga setaman. Setelah itu, ketika hendak mengubur ari-ari tersebut, juga diiringi dengan doa yang kemudian dikubur ke dalam lubang yang telah dpersiapkan.

Tidak hanya itu, menurut tradisi Jawa, jika bayi yang dilahirkan adalah laki-laki, maka ari-ari harus dikuburkan di sebelah kanan pintu halaman rumah. Jika bayi perempuan, ari-ari harus dikuburkan di sebelah kiri pintu rumah.

Setelah prosesi penanaman selesai, biasanya masyarakat Jawa memberikan penutup yang terbuat dari anyaman untuk menutup lokasi penanaman ari-ari. Hal ini dibiarkan beberapa bulan dengan memberikan lampu penerangan 5 watt yang hanya dinyalakan menjelang malam hingga pagi.

Berkaitan dengan para ulama yang mengatakan bahwa ari-ari sudah tidak berguna lagi ketika bayi dilahirkan, juga tidak ada satupun dalil yang mengatakan bahwa ari-ari itu memiliki ruh, maka para ulama mengajarkan kepada kita agar ari-ari bayi hendaknya dikubur atau di tanam begitu saja.

Di dalam Islam, menanam ari-ari atau menguburkannya memiliki hukum sunnah. Adapun menyalakan lilin dan menaburkan bunga di atasnya hukumnya haram, dikarenakan dianggap sebagai tindakan menbuang-buang harta yang tak ada manfaatnya. Mengenai anjuran penguburan ari-ari, Syamsudin Ar-Ramil dalam kitab Nihayatu Al-Muhtaj menerangkan:

“Dan disunahkan mengubur anggota badan yang terpisah dari orang yang masih hidup dan tidak akan segera mati, atau orang yang masih diragukan kematiannya, seperti tangan pencuri, kuku, rambut, alaqah(gumpalan darah), dan darah akibat goresan demi menghormati orangnya”.

Karena penguburan ini berangkat dari sebuah kenyataan, bahwa ari-ari itu pernah menjadi bagian dari sang bayi saat di kandungan, tidak masalah jika sebelum dikubur, dibersihkan terlebih dahulu. Tidak masalah juga jika dimasukkan ke dalam wadah tertentu kemudian ditutup agar tidak berbau, baru kemudian di tanam.

Hal tersebut boleh dilakukan asal jangan pernah memiliki keyakinan kalau tidak begini, maka akan begitu. Kalau tidak begitu, maka nasib sang bayi akan begini. Sesungguhnya hanya Allah SWT yang memiliki kuasa dan mempunyai kekuatan. Hanya kepada kita menyembah dan hanya kepadanya kita memohon pertolongan.

Demikian ulasan mengenai penanaman atau penguburan terhadap ari-ari bayi yang baru dilahirkan. Ingat, walau terdapat banyak cara menurut adat dalam penanaman ari-ari ini, sejatinya hanya kepada Allah SWT lah kita memohon pertolongan dan hanya kepadanya juga kita seharusnya percaya. Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat bagi Anda semua.

Cacar Air Bisa Menular Kembali

Diposting oleh Erwin Arianto di 19.17 0 komentar
Dalam sebulan ini berawal dari anak yang terkena cacar setelah teman sekolahnya memang banyak terkena cacar... setalah anak sembuh ibunya yang notabene telah terkena cacar, juga kembali terinfeksi cacar lagi.

Normalnya seseorang hanya terinfeksi sekali dengan cacar air. Ini dikarenakan terbentuknya antibodi pasca penyembuhan saat pertama kali terinfeksi. Namun ada beberapa kasus terjadinya reinfeksi (cacar > 1 kali) pada orang orang dengan kondisi medis tertentu seperti :

Orang dengan gangguan imun = AIDS
Orang yang mendapatkan obat penekan imun = pasien pasca transplantasi

Cacar air timbul akibat infeksi virus varicella. Penyakit ini menimbulkan gejala demam, timbulnya bercak kemerahan yang kemudian berubah menjadi lenting berisi cairan yang lama akan mengering dan menghitam. Penularan cacar air sangat mudah dan cepat, maka dari itu disarankan agar orang yang terinfeksi cacar di isolasi di ruangan khusus dan dihindarkan dengan anak, bayi, dan manula serta wanita hamil. Pencegahan satu satunya adalah dengan pemberian imunisasi cacar. Pengobatan cacar adalah dengan pemberian anti virus,  dan obat simptomatik lain untuk mengurangi gejala seperti lotion calamin, obat demam dll. Selain itu pemberian cairan yang cukup, makan makanan bergizi dan istirahat.

Cacar air atau disebut juga varicella adalah penyakit yang biasa didapat pada anak - anak saat mereka kecil dan disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV). Gejala - gejala yang timbul biasanya disertai dengan gelembung - gelembung kecil berisi cairan. Banyak mitos yang mengatakan bahwa sekali terkena cacar air maka tidak bisa terkena cacar air untuk kedua kalinya, apakah itu benar? Mari kita lihat disini.

Jika Anda sudah pernah terkena cacar air sebelumnya, memang jarang sekali timbul untuk kedua kalinya, akan tetapi hal ini bisa terjadi jika daya tahan tubuh Anda rendah ataupun infeksi pertama kalinya sangat ringan sehingga bisa timbul untuk kedua kalinya meskipun yang kedua kalinya mungkin tidak akan sehebat yang pertama.

Mengapa bisa timbul untuk kedua kalinya? ini berkaitan dengan adanya virus varicella yang sebenarnya tidaklah hilang dari tubuh melainkan tertidur di dalam serabut saraf - saraf sehingga masih bisa timbul kembali meskipun jarang berupa cacar air kembali.

Biasanya infeksi yang sering terjadi untuk kedua kalinya pada individu yang pernah terkena cacar air adalah terkena Herpes zoster atau yang kita sebut cacar ular, hal ini bisa terjadi karena virus yang sama yaitu varicella zoster virus yang menyebabkan cacar air juga menyebabkan timbulnya herpes zoster.

Seseorang yang belum pernah terkena virus varicella pada saat pertama kali terkena virus ini akan menampilkan gejala - gejala cacar air dan setelah itu, virus ini akan berdiam di dalam tubuh sehingga kita memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Jika virus ini aktif kembali maka virus ini muncul dengan gejala yang sedikit berbeda dari varicella dan disebut herpes zoster dimana secara umum gejala yang terjadi adalah rasa nyeri hebat atau rasa panas terbakar saat tubuh Anda bersentuhan dengan sesuatu meskipun sentuhan ringan seperti baju dan juga disertai dengan timbulnya gelembung - gelembung berisi cairan yang mirip dengan cacar air.

Sebuah hubungan yang unik memang antara varicella dengan herpes zoster tersebut, secara teori timbulnya herpes zoster ini berkaitan dengan respon imunitas tubuh kita yang rendah, tapi pada prakteknya, seringkali juga herpes zoster terjadi pada individu yang memiliki sistem imunitas normal dan tidak rendah. Pada pasien - pasien ini herpes zoster biasanya timbul karena kadar antibodi virus varicella zoster dan imunitas seluler dalam tubuh kita turun hingga tidak lagi efektif untuk menahan virus ini dan timbul aktivasi kembali.

Anda tidak usah bingung dengan adanya nama herpes karena virus varicella zoster ini memang termasuk keluarga "Herpes Virus" yang sama dengan virus herpes simplex yang biasa mengenai area genital maupun mulut.

Jadi benarkah pendapat yang mengatakan cacar air tidak bisa terkena dua kali? Tidak benar, meskipun jarang terjadi cacar air kembali tapi ternyata cacar air bisa terkena dua kali, entah mungkin saja berupa cacar air kembali ataupun sebagai herpes zoster

 

Info Ibu, Bayi & Keluarga Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea