Mengoptimalkan Perkembangan Motor Bayi 0-12 Bulan
Pendahuluan
Tumbuh kembang seorang anak di tahun pertamanya memang sangat
menakjubkan. Bayangkan saja, dari seorang bayi yg tak berdaya ketika
lahir, ia akan memiliki sejumlah kepandaian yg mempesonakan kita, kedua
orang tuanya.
Awalnya, tubuh bayinya yg mungil memang hanya mampu menggerakkan kepala,
tangan dan kakinya. Pada saat ini, refleks tubuhnyalah yg bekerja
sempurna. Ya, perkembangan bayi memang diawali dengan gerakan refleks,
yaitu gerakan-gerakan yg terjadi secara otomatis, tanpa disadari.
Seiring dengan menghilangnya kemampuan refleks bayi, secara bertahapa
kemampuan motoriknya berkembang. Ia tidak saja mampu mengangkat kepala
dan memabalikkan tubuhnya, tetapi juga mencoba merangkak. Lalu dengan
bertambhanya usia, si kecil kemudian akan mampu duduk, merangkak,
berdiri, lalu..berjalan !
Nah, agar ketrampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang optimal,
sebagai orang tua kita perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan
memberikan stimuli atau rangsangan yg tepat sesuai tahap perkembangannya
tersebut. Dengan semikian, bila terjadi keterlambatan atau gangguan pada
ketrampilan motorik si kecil, bisa segera terdeteksi dan dikoreksi.
Tahap-tahap Perkembangan Motor
Pada dasarnya, yg dimaksud dengan perkembangan motorik adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Secara umum, perkembangan
motor dibagi menjadi dua yaitu motor kasar dan motor halus.
Motor kasar adalah bagian dari aktivitas motor yg melibatkan
ketrampilanotot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk,
merangkak, dan mengangkat leher adalah bagian dari aktivitas motor
kasar. Gerakan inilah yg pertama terjadi pada tahun pertama usia anak.
Sedangkan motor halus merupakan aktivitas ketrampilan yg melibatkan
gerakan otot-oto kecil. Menggambar, meronce manik-manik, menulis dan
makan adalah contoh beberapa gerakan motor halus. Kemampuan motor halus
ini berkembang setelah kemampuan motor kasar si kecil berkembang
optimal.
Yang perlu diingat, sebagai makhluk kecil yg "tak berdaya", bayi sangat
tergantung kepada orang lain. Karena itu, dalam perkembangan motor
kasarnya, si kecil sangat memerlukan bantuan orang lain, khususnya kedua
orang tuanya.
A. Usia 0-3 bulan.
Sampai kurang lebih usia 3 bulan, gerakan refleks yg memang sudah
terjadi pada saat ia masiha da dalam kandungan masih dominan. Ini adalah
gerakan di luar kesadaran si bayi, tidak terkoordinasi dan meriupakan
gerak primitif. Gerak motor kasar ini muncul jika gerak refkleks si
kecil telah hilang. Gerakan refleks yg muncul pada bayi adalah :
Refleks hisap
Perhatikan bila Anda menyentuh putting susu ke ujung mulut bayi, maka
otomatis ia akan melakukan gerakan menghisap
Refleks genggam
Bila Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya, si kecil otomatis akan
menggenggam jari Anda
Refleks leher (tonic neck refklex)
Pada posisi terlentang, jika kepala bayi menoleh ke satu sisi maka
terjadi ekstensi atau peningkatan tonus (kekuatan otot) pada lengan dan
tungkai sisi tersebut
Rooting reflex
Jika pipi bayi disentuh, kepala akan menoleh ke arah stimulus dan mulut
terbuka.
Ada satu refleks lain yg diperlihatkan bayi pada minggu-minggu pertama
kehidupannya, yaitu refleks moro. Berebda dengan refleks lainnya yg
termasuk kategori gerakan motor, refleks moro ini menurut para ahli
sebetulnya termasuk reaksi emosional yg timbul dari kemauan atau
kesadaran si bayi.
Refleks moro ini timbul kalau bayi dikagetkan secara tiba-tiba atau
mendengar suara keras, bayi melakukan gerakan refleks, yaitu
melengkungkan badan (bagian punggung) dan mendongakkan kepalanya ke arah
belakang. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki dan tangan bayi
digerakkan ke depan. Reaksi sesaat ini biasanya diiringi dengan tangisan
yg keras. Tetapi Anda tidak usah khawatir dengan kondisi ini, karena
refleks moro akan hilang dengan sendirinya dalam waktu yg singkat.
Pada bulan ke-2 dan 3 gerakan refleks bayi akan mulai menghilang. Kini
mulai muncul gerak motor kasar. Gerak ini tentu saja lebih terarah,
seperti dapat dilihat pada gerakan otot lehernya. Ia kini dapat
mengangkat kepalanya karena otot lehernya semakin kuat. Bila tengkurap,
si kecil akan mengangkat kepalanya. Bukan itu saja, bila didudukkan,
bayi usia inipun sudah dapat menegakkan kepalanya
Tabel : Perkembangan & Rangsangan Motor Bayi Usia 0-3 Bulan
Perkembangan motor kasar Rangsangan yg diberikan
Tangan dan kaki bergerak aktif
Mengangkat kepala dalam posisi tengkurap Membaringkan bayi dalam
posisi tengkurap
Dalam posisi tengkurap dapat mengangkat dada (masuk usia 3 bulan)
Panggil namanya atau bertepuk tangan sambil tersenyum padanya
Kepala tegak ketika didudukkan Melatihnya duduk
B. Usia 4-6 bulan
Setelah gerak reflek menghilang dan gerak motorik mulai muncul, maka
aktivitas si kecil makin bermacam-macam. Pada usia 4 bulan, misalnya, si
kecil sudah dapat tengkurap dan terlentang, menumpu badan pada kaki,
serta dada terangkat menumpu pada lengan.
Di bulan ke-5 usianya, gerakan beyi semakin bervariasi. Otot leher dan
otot tangan bayi, misalnya, semakin menguat. Ia kini sudah pandai
berputar dengan menggunakan tangannya. Ketika diletakkan terlentang, ia
menggunakan tangannya untuk mendorong dna berguling membalikkan
badannya.
Bukan hanya berguling. Kini kaki si kecilpun semakin lincah
beraktivitas. Ia akan sering menendang, menggeserkan kaki atau
mendorong-dorongkan kakinya. Seiring dengan makin lincahnya gerakan kaki
si kecil, otot leher dan punggungnya pun menjadi lebih kuat. Mulai usia
6 bulan bayi kini mulai belajar duduk tanpa pegangan, walapun untuk ini
ia masih harus dibantu. Dengan bantuan Anda ia dapat duduk selama
beberapa saat.
Pada bulan ke-6 timbul suatu kepandaian lain dari si kecil yg dapat
membuat orang tua merasa "frustasi". Di bulan ke-6 ini ia mulai senang
melempar dan menjatuhkan mainan atau benda-benda yg ada di sekitarnya.
Terkadang, bayi menangis karena tidak dapat menemukan benda yg dapat
dijatuhkan atau dilemparnya. Kesenangan baru si kecil ini mungkin
membuat anda merasa jengkel karena setiap kali anda memungut benda yg
dibuangnya, seletika itu pula ia melemparkannya kembali. Tetapi
ingatlah, kegiatan ini merupakan cara si kecil untuk mengembangkan
persepsinya terhadap ruang
Tabel : Perkembangan & Rangsang Motorik Bayi Usia 4-6 Bulan
Perkembangan Motor Kasar Rangsangan yg Diberikan
Tengkurap dan terlentang sendiri.
Membalikkan badan. Serign meletakkan bayi dalam posisi tengkurap
Bila si kecil sedang tengkurap, balikkan tubuhnya. Atau sebaliknya, bila
ia telentang balikkan badannya hingga ia tengkurap
Menumpu badan pada kaki bila dipegang pada ketiak (diberdirikan)
Melempar atau menjatuhkan benda-benda yg dapat digenggamnya.
Bisa duduk sendiri tanpa pegangan. Beri mainan dari plastik yg
dapat digenggam, dilempar dan dijatuhkan, seperti mainan berbunyi yg
tidak mudah pecah, kubus-kubus kayu, cangkir plastik atau bola
Bisa duduk sendiri tanpa pegangan Dudukkan anak di pangkuan dengan
menghadap keluar dan bersandar pada perut Anda. Lalu, pegang mainan
(kerincingan) pada jarak penglihatannya. Usahakan agar si kecil tertarik
sehingga ia berusaha meraihnya. Bila ia tertarik dan ingin meraih
kerincingan tersebut, jauhkan si kecil sedikit demi sedikit sampai si
kecil tidak bersandar lagi
C. Usia 7-9 bulan
Di bulan ke-7 ini bayi mulai senang mengangkat dan menurunkan bokong
serta punggungnya. Ketrampilan kakinya juga ditunjukkan olehnya,
misalnya saat ia diberdirikan di pangkuan kita si kecil pasti akan
meloncat-loncat gembira menggoyang-goyangkan kedua kakinya.
Merangkak merupakan aktivitas menonjol yg banyak mendapat sorotan dari
orang tua. Di usia ke-8 bulan bayi mulai merangkak dan mengesot
sepanjang lantai. Kepandaiannya merangkak membuat si kecil senang
"berjalan" kesana kemari.
Selain itu otot punggung dan bahu si kecil sudah semakin terkontrol.
Oleh karena itu ia kini bisa duduk sendiri tanpa bantuan dari kedua
orangtuanya. Selain duduk tanpa dibantu anak usia 8 bulan juga mulai
dapat menarik tubuhnya ke dalam posisi berdiri. Dengan latihan berdiri
ini si kecil sebetulnya melatih perkembangan otot kakinya. Ia jadi
senang menggoyang-goyangkan tubuhnya ke depan dan ke belakang. Kekuatan
otonya ini akan membantunya merangkak dengan cepat.
Tahap selanjutnya, bayi akan berlatih berdiri dengan kedua tangannya
bertumpu pada kursi, meja atau perabot rumah tangga lainnya yg dapat
menahan berat badannya. Lihatlah ketika ia tengkurap atau merangkak,
kedua tangannya akan berusaha memegang meja atau kursi kecil. Lalu
sambil berpegangan, secara perlahan ia akan mengangkat tubuhnya untuk
berdiri. Dari berdiri ia pun kini dapat duduk sendiri tanpa bantuan.
Tahap selanjutnya adalah merambat. Jika ia sudha pandai berdiri sambil
berpegangan, kedua tangan yg bertumpu akan bergeser ke samping, diikuti
oleh kakinya. Tetapi di usia ke-8 bulan ini si kecil belum mampu untuk
duduk kembali tanpa bantuan. Karena itu jangan membiarkan si kecil tanpa
pengawasan.
Di usia 9 bulan kepandaian si kecil dalam belajar berjalan sudah semakin
pintar. Jika anda memegang kedua tangannya ia akan berlatih menapakkan
serta melangkahkan kedua kakinya. Pada saat ini si kecil semakin giat
melatih oto-otot kakinya sehingga dapat cepat berjalan. Seiring dengan
latihan jalannya bayi juga semakin "aksi" memperlihatkan kepandaian
merangkak yg sudah ditunjukkan di usianya yg ke-8.
Tabel : Perkembangan & Rangsan Motor Bayi Usia 7-9 Bulan
Perkembangan Motor Kasar Rangsangan yg diberikan
Bila digendong dan diberdirikan dipangkuan anda, bayi akan
meloncat-loncat.
Senang mengakat dan menurunkan bokong serta punggungnya Sering-seringlah
ia diberdirikan di pangkuan anda. Jangan takut tungkainya akan bengkok
atau patah karena sebetulnya ia sedang melatih kekuatan kakinya untuk
menahan berat badannya
Bayi sudah dapat berdiri dengan kedua tangannya berpegangan pada meja
atau kursi, lalu menggeser kakinya satu persatu ke arah samping
Merangkak
Bisa duduk sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya. Selain duduk tanpa
dibantu, anak usia 8 bulan dapat menarik tubuhnya ke dalam posisi
berdiri Beri meja atau bangku yang rendah
Pegang kedua pinggang bayi dan gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri
untuk melatihnya berdiri
Melatihnya merangkak dengan meletakkan bayi di ruangan yg luas (dan
bersih) yg memungkinkan si kecil berjalan merangkak kesana kemari.
Letakkan mainan, misalnya bola, dan mainkan bola tersebut agar si kecil
tertarik untuk mengambilnya. Si kecil akan berusaha mendapatkan bola
tersebut dengan cara merangkak. Jika ia sudah mendapatkannya beri pujian
dan katakan bahwa ia pintar. Tetapi tetap awasi, mungkin di sekitar
rurangan ada benda-benda yg berbahaya, seperti stop kontak.
Si kecil mulai belajar berjalan Sering-seringlah melatih si kecil jalan
dengan cara memegang kedua tangannya lalu biarkan ia melangkahkan
kakinya selangkah demi selangkah dan bimbing ke suatu tempat. Beri
ciuman pada pipi si kecil bila ia berhasil sampai di "tempat tujuan"
agar lebih bersemangat lagi berlatih jalan
Duduk tanpa bantuan
D. Usia 10-12 bulan
Menjelang usianya satu tahun, kepandaian serta ketrampilan bayi makin
berkembang. Tonggak kepandaian motor kasarnya yg paling menonjol pada
usia ini adalah semakin mahirnya ia melangkahkan kakinya. Kini si kecil
semakin rajin melangkahkan kakinya ke samping sambil berpegangan pada
perabot rumah tangga. :Jatuh bangun" adalah hal yg biasa yg akan dialami
bayi dalam mengoptimalkan kemampuan jalannya. Oleh karena itu, sekali
lagi, keamanan di sekitar anak harus terjaga.
Di usia 10 bulan bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan. Dengan
menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya si kecil juga mulai mampu
membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri. Semua ketrampilan ini bisa
dilakukan bayi karena ia semakin pandai mengontrol otot punggung dan
bahu. Selain membangkitkan tubuhnya ke posisi berdiri si kecil juga
senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk untuk kemudian duduk
kembali.
Mulai usianya yg ke-11 bulan, yg paling menonjoldalam kemampuan motor
kasar si kecil adalah dapar berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2
detik. Pada saat ini tampaknya si kecil suka berdiri tanpa bantuan
apapun. Hal ini terjadi karena kontrol dirinya akan keseimbangan semakin
berkembang, sehingga membuat si kecil terbiasa berdiri di atas kedua
kakinya.
Dalam melakukan aktivitas berlatih berdri tanpa bantuan ini, si kecil
akan meluruskan tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Lalu ia
akan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya.
Kesenangan barunya ini membuat bayi "malas" untuk duduk kembali.
Kalaupun ingin kembali ke posisi duduk, ia akan berpegangan apda meja.
Lagipula si kecil kini sudah dapat berdiri tegak 900 secara gagah dan
dilanjutkannya denganberjalan dua tiga langkah yg akan dicobanya lagi
terus menerus untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia sekarang dapat menapak
dunia tanpa bantuan siapapun.
Selain sudah dapat berdiri sendiri, si kecil kini akan menjadi tukang
panjat. Sekarang ia akan mencoba memanjat barang-barang yg tampaknya
menarik untuk didaki seperti meja, kursi dan tangga. Jika menemukan
barang yg dapat dipanjat dengan lincah si kecil akan memanjatnya. Oleh
karena itu jangan tinggalkan si kecil memanjat tanpa pengawasan.
Memasuki usia 12 bulan sebagian besar bayi telah siap untuk jalan walau
kelihatan masih limbung. Berjalan merupakan pengalaman baru yg amat
mengasyikkan. Namun kadang-kadang si kecil memilih merangkak ketika
bermain, mungkin karena aktivitas ini dapat membuatnya bergerak lebih
cepat.
Berjalan merupakan aktivitas yg memukau dan dianggap oleh banyak orang
sebagai satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Dapat
berjalan merupakan pencapaian puncak dari aktivitas motor kasar.
Tabel : Perkembangan & Rangsangan Motor Bayi Usia 10-12 Bulan
Perkembangan Motor Kasar Rangsangan yg diberikan
Bangkit untuk berdiri
Bangkit lalu duduk Dudukkan bayi di permukaan seperti lantai atau
kasur, dan biarkan ia mencoba sendiri untuk berdiri atau bangkit untuk
kemudian duduk sendiri
Mulai mampu memanjat ketinggian 15-30 cm
Berdiri tegak 900 di tempat dalam waktu sekitar 2 detik tanpa pegangan
Dudukkan bayi di lantai dan beri mainan yg disukainya. Ambil mainan
tersebut dan letakkan di tempat yg lebih tinggi. Usahakan ia melihat
mainan tersebut dipindahkan dan katakan "Ambil nak", sambil
menepuk-nepuk tempat tersebut. Anak akan berusaha meraih mainan tersebut
dengan merambat, lalu memanjat tempat tinggi tersebut. Dampingi anak
dari belakangsambil beri dorongan. Jika ia menemukan kesulitan bantu
dengan mendorong pantatnya.
Mulai dapat berjalan walau masih 2-3 langkah dan kemudian jatuh terduduk
kaerna keseimbangannya belum sempurna.
Ketika sudah meulai berjalan, langkah si kecil masih limbung.
Sudah dapat berjalan.
Kadang-kadang walaupun sudah dapat berjalan si keicl masih suka
merangkak, karena aktivitas ini berlangsung lebih cepat, ap jika ia
menginginkan sesuatu benda yg jauh untuk dijangkaunya Sekali-kali
ajaklah si keicl berjalan di luar ruangan, misalnya di halaman rumah
atau taman. Ia membutuhkan ruang yg luas untuk mencoba kaki-kakinya
bergerak lincah.
Biarkan ia menjelajah ruangan dengan kakinya tanpa dipegang, yg penting
awasi agar ia tidak membentur benda keras seperti ujung meja
Tiap Anak Berbeda
Sebagai orang tua hal penting yg harus anda sadari adalah bahwa
kemampuan motor kasar setiap anak berbeda. Memang sebagian besar anak
sudah dapat berjalan pada usia 12 bulan, misalnya. Akan tetapi bukan
tindak mungkin ada anak yg sudha dapt berjalan dengan baik saat berusia
8 bulan, atau sebaliknya, ada anak yg baru dapat berjalan pada usia 14
bulan. Yang penting anda amati dalam fase berjalan ini adalah, anak
banyak melatih dirinya sendiri sebelum belajar berjalan. Misalnya saja
di usia 10 bulan ia sudah dapat melangakkan kakinya sambil tangannya
anda pegang (fase latihan berjalan). Itu artinya ia memiliki kemampuan
untuk dapat berjalan. Hanya saja, mungkin ia membutuhkan waktu lebih
banyak dari anak lainnya untuk sampai pada tahap proses berjalan tanpa
bantuan.
Memang hal yg sulit untuk membedakan apakah perkembangan motor kasar si
kecil sudah termasuk mnormal atau tidak, karna laju perkembangan setiap
anak berbeda. Yang penting bagi anda adalah, memantau perkembangan motor
anak, apakah terlambat atau sesuai jadwal
Bila ada keterlambatan maka hal inilah yg perlu diperhatikan dengan
seksama. Karena ada kemungkinan jika perkembangan motor anak sudah
terlambat sejak awal, maka keterlambatan itu akan merembet pada
perkembangan motor lainnya. Misalnya saja bayi berusia 5 bulan masih
mengepalkan tangannya saat digendong dan membanting-bantingkan dirinya
ke belakang, curigailah bawah hal ini bukan keterlambatan yg normal.
Jika Perkembangan Motor Terlambat
Sebenarnya anda dapat mendeteksi keterlambatan motorik aksar anak.
Gejala-gejala tersebut antara lain :
a. Bayi terlalu kaku atau terlalu lemah
Perhatikanlah apabila si kecil terus berbaring tanpa melakukan gerakan
apapun serta kepalanya tidak dapat diangkat saat digendong. Ini
menunjukkan motorik aksar si kecil terlalu lemah.
b. Gerak anak kurang aktif
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak
sebayanya. Misalnya pada usia 6 bulan belum dapat tengkurap.
Kapan Kita Perlu Waspada ?
a. Ukuran kepala abnormal
Anak yg kepalanya terlalu besar atau terlalu kecil dibandingkan dengan
anak sebayanya. Misalnya kasus Hidrosefalus (cairan menimbun dalam otak)
atau mikrosefalus (kepala kecil akrena otak tidak tumbuh dengan
maksimal)
b. Proses persalinan tidak mulus
Proses kelahiran sulit misalnya persalinan macet (bayi tidak dapat
keluar sehingga bayi tidak langsung menangis) ini juga dapat mengganggu
perkembangan motor kasar si kecil
Penyebab keterlambatan motor kasar.
Penyebab ketelambatan motor kasar, menunjukkan adanya kerusakan pada
susunan saraf pusat seperti Celebral Palsy (gangguan sistem motorik yg
disebabkan oleh kerusakan bagian otak yg mengatur otot-otot tubuh),
perdarahan otak, benturan (trauma) kepala yg berat, adanya kelainan
sumsum tulang belakang, penyakit saraf tepi, atau Poliomielitis yg
menyebabkan kelumpuhan, dan terakhir Distrofia Muskulorum atau penyakit
otot.
Faktor pengahambat lainnya.
Selain berbagi penyebab keterlambatan motorik kasar anak, ada juga
faktor-faktor yg dapat mengahambat motorik aksar anak, yaitu :
Trauma di kepala, misalnya akibat kelahiran yg sulit
Anak yg memiliki intelegensia rendah
Kelahiran prematur
Anak kekurangan gizi sehingga otot-otot tubuhnya tidak berkembang dengan
baik dan ia tidka memiliki tenaga yg cukup untuk melakukan aktivitas
Anak yg sangat behati-hati ketika belajar berjalan. Anak takut jatuh
atau cedera, padahal ia sudah dapat berjalan sambil dipegang tangannya.
Tetapi kalau pegangannya lepas si kecil akan mogok berjalan dan langsung
duduk.
Orangtua yg terlalu protekftif (melindungi) sehingga menghambat anak
untuk melatih ketrampilan motorik kasarnya.
Cara Mengatasi Keterlambatan
Jika memang ditemukan adanya keterlambatan dalam perkembangan motor
kasar si kecil, harus segera ditelusuri penyebabnya sebelum menentukan
apa yg harus dilakukan. Bila penyebabnya karena masalah perbedaan pola
asuh (terhadap jenis kelamina anak) atau orangtua yg terlalu protekftif,
maka pertama-tama yg harus diubah adalah sikpa orang tua. Orang tua
harus membiarkan anak bergerak bebas sebatas tidka membahayakan si
kecil. Dengan upaya ini si kecil semakin terpicu untuk melatih semua
tahap perkembangan motor kasarnya.
Tetapi kalau penyebab keterlambatan tersebut karena kelainan tubuh
tertentu maka harus dikonsultasikan dengan dokter anak. Berbagai
kelainan tersebut misalnya otot yg tidak berkembang secara optimal atau
karena adanya gangguan saraf tepi, kelainan sumsum tulang belakang,
kurangnya tenaga untuk beraktivitas, ukuran kepala bayi yg abnormal
serta kerusakan susunan saraf pusat. Melalui berbagai pemeriksaan dokter
dapt mendiagnosa penyebabnya dan mengatasi gangguannya.
Selain kedua hal di atas masalah keterlambatan perkembangan motor kasar
si kecil dapat pula disebabkan kurangnya ia bergerak atau kurangnya
rangsangan. Kalau hal ini yg terjadi tata laksana yg dapat dilakukan
adalah dengan rehabilitasi medik antara lain melalui fisioterapi.
Fisioterapi dapat menajdi salah satu alternatif jalan keluar yaitu
dengan melatih otot-otot tubuh si kecil sehingga kemampuan motor
kasarnya diharapkan berkembang optimal.
Untuk menjadi manusia yg sempurna sejak dalam kandungan bayi mengalami
proses tumbu kembang yg kompleks. Dan hal ini berlangsung tahp demi
tahap seiring dengan bertambahnya usia seorang anak. Bisa saja tahapan
perkembangan motor anak tidak sesuai dengan perkembangan normal. Karena
pertumbuhan dan perkembangan setiap anak memang tidak sama, tetapi
seperti diketahui, keterlambatan ini ada yg tergolong normal, sebaliknya
ada yg tidak. Bila masih tergolong normal dengan lingkungan yg mendukung
atau rangsangan yg tepat maka keterlambatan ini bisa dikejar. Tapi bila
keterlambatannya karena suatu kelainan maka anak harus mendapat
penanganan yg tepat.
Oleh karena itu disinilah peran penting orang tua untuk memantau dan
memperhatikan perkembangan anak tahap demi tahap. Dengan demikian bila
ada kelainan dapat segera diketahui dan ditangani secara cepaat dan
tepat.
Sumber : Bonus buklet majalaha Ayahbunda 2002.
Mengenai Saya
- Erwin Arianto
- Penulis tuk diri sendiri, Internal Audit untuk Sebuah Perusahaan, Pencinta Puisi, Cerpen, Seorang Hamba yang berusaha, Menjadi Ayah yang baik untuk Quineisha & Qhaira, menjadi Insan Taqwa
Labels
- aNAK USIA 2 TH (4)
- Ayah (3)
- bayi (7)
- Bayi tabung (3)
- ganguan Bayi (2)
- Kehamilan (35)
- Keluarga (2)
- kesehatan (1)
- Mainan Bayi (1)
- Meyusui (3)
- Nama Bayi (3)
- Nama Bayi Islami (1)
- Nifas (4)
- Paska Melahirkan (5)
- Penyakit Kehamilan (19)
- Pertumbuhan Bayi (5)
- Psikologi (2)
- Quineisha (2)
- Susu Formula (4)
- Tips Bayi (46)
- Tips Melahirkan (20)
- ಸೆರಿತ Inspirasi (4)
Rabu, 07 Oktober 2009
Selasa, 15 September 2009
Selasa, 07 Juli 2009
MAINAN BAYI 6-9 BULAN
Ditulis oleh farida | Ditulis di mainan bayi | Ditulis tanggal 13 Jun 2008
Gunakan terus mainan si kecil sebelumnya. Anda akan kagum melihat respon dan ketrampilannya yang meningkat drastis. Mainan-mainan yang ada masih tetap berfungsi untuk melatih kemampuannya duduk sendiri, merangkak, berdiri, merambat dan akhirnya belajar berjalan.
Mainan tambahan pada tahap ini adalah:
- keluar rumah. Dengan melihat pepohonan, rumput, kendaraan, binatang, anak-anak, dan sebagainya, keingintahuan anak akan terpuaskan dan kecerdasannya bertambah
- bola. Ini akan jadi mainan favorit bayi. Biarkan dia bereksplorasi dengannya
- botol plastik bertutup berisi kacang, beras, makaroni dan sejenisnya. Amati reaksi/keheranannya saat menggoyang-goyangkan botol tersebut. Ia sedang menyimak suara yang ditimbulkan benda di dalamnya
- benda jatuh. Taruhlah mainannya di atas kepala Anda, goyang-goyangkan kepala hingga mainannya jatuh. Sertai dengan ekspresi yang lucu. Dia akan senang sekali melihatnya
- panggil namanya. Tunggulah hingga ia menoleh kepada Anda
- mainan yang bergerak. Untuk merangsang rasa ingin tahu si kecil dan membuatnya semakin fokus pada suatu benda
- gelembung sabun. Permainan berupa gelembung sabun sangat menarik. Amati reaksi gembira yang diluapkannya. Hanya saja pastikan tak ada gelembung yang menghampiri wajah si kecil. Bila pecah tepat di dekat matanya dikhawatirkan bisa menimbulkan perih
- high chair/ meja pendek.Taruh beberapa mainan di atasnya. Benda ini bisa digunakan agar si kecil betah berlama-lama dalam posisi duduk. Jika menggunakan meja lipat, pilih yang kakinya kokoh sehingga tidak terlipat saat terkena tendangan si kecil
- ayunan. Membantunya belajar keseimbangan dan sangat menyenangkan bagi bayi
- finger food. Makanan berukuran kecil ini dapat mengembangkan koordinasi tangan dan mata bayi. Sekaligus melatih perkembangan motorik halusnya. Ketika ia berhasil mengambil makanan dan memasukkan ke dalam mulutnya, ia akan merasakan rasa “kekuasaan” dan kontrol, sehingga membuat mereka merasa hebat
- melambaikan tangan dan bersalaman. Banyak sekali kesempatan untuk mempraktekkan permainan ini. Mereka belajar membuat ikatan
- mainan yang dimasukkan ke dalam wadah. Anda bisa memberikan wadah plastik dalam berbagai ukuran dan tunjukkan bahwa benda yang kecil dapat disimpan ke dalam benda yang lebih besar
- mainan miniatur. Misalnya peralatan dapur. Rangsanglah rasa ingin tahu bayi. Tapi jangan berikan mainan yang bisa menimbulkan bahaya seperti bentuk garpu atau pisau. Biarkan ia menyentuh dan memainkannya sambil kita jelaskan satu per satu fungsi alat dapur itu
- remote control/handphone mainan. Lihatlah betapa asyik dan takjubnya si kecil dengan hasil dari pencetannya. Untuk hasil yang sama, Anda juga bisa membuat suara imitasi untuk setiap geraknya. Misalnya: ketika ia memukul benda katakan, “duk-duk”, ketika ia melempar katakan, “tuing”, ketika ia pegang hidung Anda katakan, “toet”, ketika ia pegang pipi Anda katakan, “bum-bum”, dll
- mainan yang dibungkus. Bungkuslah mainan-mainan si kecil menyerupai kado. Biarkan si kecil berusaha membuka bungkusan tersebut satu-persatu. Lihatlah reaksinya
Categories
Mainan Bayi
Bayi Harus Lewat Tahapan Merangkak?
Mother And Baby Thu, 24 Jan 2002 14:00:00 WIB
Nakita online/Nomor 146/Tahun III/19 January 2002
Bayi tak merangkak? Tak usah cemas! Itu bukan tonggak penting untuk perkembangannya, kok. Ada ibu yang khawatir ketika bayinya belum juga ada tanda-tanda akan merangkak. Sebaliknya, ada juga yang terheran-heran, kok, bayinya tidak melewati masa merangkak, tapi malah langsung bisa berdiri. Sebetulnya, bagaimana, sih, fase merangkak ini? Apa perlu orang tua mencemaskannya?
ANTARA FASE DUDUK DAN BERDIRI
Tahap pergerakan bayi, menurut dr. Waldi Nurhamzah, SpA, staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mulai dari bagian atas tubuh sampai bawah. Ada pola pengembangan otot dari atas ke bawah. Jadi, kemampuannya mulai dari bagian kepala seperti bisa tersenyum, main mata, dan lainnya, sampai kemudian kemampuan pada kaki, seperti menggerak-gerakkannya.
Pada usia 6-10 bulan mulailah terjadi koordinasi atau perkembangan yang lebih nyata antara tangan dan kaki. Meski saat itu otot-otot tangan berkembang lebih dulu dari otot-otot tungkai. "Jadi, tangan lebih banyak pergerakannya dari kaki." Sehingga nanti akan terlihat, mobilitas atau koordinasi tangan lebih baik dari kaki dan lainnya. Kemudian pada masa usia akhir bayi atau 11-12 bulan, mungkin koordinasi kaki lebih baik lagi.
Sementara merangkak berada pada usia 7-10 bulan, di mana bayi mulai belajar melakukan pergerakan dengan koordinasi antara tangan dan kaki. "Fase ini berada pada fase antara duduk dan berdiri." Namun, koordinasi tangan ataupun kaki yang baik tidak harus dengan merangkak saja. Mungkin saja saat itu bayi berguling dengan bagus dan dia menggunakan tangannya, atau bayi duduk dengan menggerak-gerakkan kakinya.
BUKAN TONGGAK PENTING
Jadi, merangkak yang merupakan transisi antara duduk dan berdiri ini, tidak harus ada pada setiap bayi. Ia bukan milestone atau tonggak penting perkembangan, seperti halnya duduk ataupun berdiri yang memang harus ada.
Pendek kata, tegas Waldi, merangkak tak dipakai sebagai suatu patokan penting untuk pertumbuhan. "Bukan sebagai kunci penting. Ada anak yang tanpa merangkak dan langsung berdiri juga boleh-boleh saja." Juga tidak berkaitan dengan kecerdasannya, lo. Karena kecerdasan, kan, tidak tergantung dari merangkak saja, tapi pada perkembangan lainnya.
"Bukan berarti pula bayi yang melewati fase merangkak, koordinasinya lebih bagus. Karena, koordinasi tangan dan kaki tidak harus dengan bentuk merangkak saja. Bisa juga dalam bentuk bermain-main dengan tangan dan kakinya."
Pada bayi-bayi yang tidak merangkak, tapi menggunakan dan mengembangkan tangan dan kakinya dengan baik, menurut Waldi, pun tak apa-apa. Misalnya, si bayi duduk, kemudian tangannya ke mana-mana, semisal ingin menjangkau tepi meja untuk belajar berdiri.
Saat merangkak, menurut Waldi, sebenarnya bayi belajar. "Awalnya bisa tengkurap tanpa dibantu. Setelah itu tangannya mulai digerak-gerakkan. Mula-mula mungkin dengan ngesot, kadang bukannya maju tapi mundur, kemudian tungkai dan kakinya mulai digerak-gerakkan juga sehingga semua tangan dan kakinya ikut bergerak." Kadang ada juga bayi yang tidak bisa menekukan kaki belakangnya sehingga dia menungging. Selain itu, otot punggungnya pun menahan tubuhnya agar berada di atas lantai. Ada juga beberapa bayi yang terkadang jatuh lagi perutnya ke lantai. Semua ini, papar Waldi, "Tak jadi masalah."
Nah, agar si bayi kemudian bergerak maju mengkoordinasi-kan tangan dan kaki, orang tua bisa merangsangnya dengan menaruh mainan yang menarik perhatiannya di depan pandangannya., "Sehingga dia akan 'berjalan' ke arah tempat tersebut."
TAK MERANGKAK
Memang, aku Waldi, ada juga bayi yang tidak melewati fase merangkak karena misalnya ada kelainan saraf, otot-ototnya lemah, cacat bawaan, atau ada suatu kerusakan di otaknya. "Jika itu yang terjadi,sebetulnya semua perkembangannya dari awal pun sudah terlambat. Bukan cuma fase merangkaknya saja. Dengan kata lain, perkembangannya tidak seperti yang dijadwalkan persis. Misalnya,tidak bisa tengkurap di usia 3 bulan, tidak bisa duduk di usia 7 bulan."
Tapi bisa juga, terang Waldi,awalnya semua normal dan perkembangannya juga bagus. Anak bisa tengkurap tanpa dibantu, bisa duduk, tapi kemudian dia terkena suatu penyakit yang menyebabkan otaknya rusak atau ada yang tak beres. "Otomatis perkembangannya berhenti di fase merangkak tersebut danbahkan mungkin perkembangannyamundur lagi."
Yang pasti, tidak adanya fase merangkak ini tak memberi indikasi pada suatu kelainan tertentu, semisal autis. "Sekali lagi, merangkak bukan tonggak penting pertumbuhan anak."Ironisnya, lanjut Waldi, orang tua dengan bayi yang misalnya karena suatu sebab dan mengalami pembedahan yang menyebabkan usus besarnya harus dibuatkan pintu keluar sementara di perut (kolostomi), malah takut jika anaknya merangkak. "Padahal, sebetulnya tak masalah juga, justru bagus untuk perbaikan motorik anak.Tak usah khawatir tinja anak akan belepotan ke mana-mana atau ususnya akan berdarah-darah karena tergesek. Asalkan orang tua menjaga keamanan di daerah sekitar perutnya tersebut. Caranya dengan memberi tutup ususnya yang bagus dan diberi bantalan kain yang tebal di sekitarnya, aman-aman saja, kok."
KEAMANAN KALA MERANGKAK
Sebenarnya, papar Waldi, yang harus diperhatikan orang tua adalah lingkungan sekitar saat anak mulai belajar merangkak."Selain menggunakan motorik kasar dengan merangkak, anak juga memakai motorik halusnya, seperti memegang, meraih atau menjumput benda-benda, memasukkan benda ke dalam mulut, dan sebagainya. Nah, saat-saat itulah orang tua perlu ekstra hati-hati."
Karena itu, ada istilah,saat anak mulai merangkak, orang tua juga harus ikut merangkak. Maksudnya, agar orang tua juga bisa melihat apa-apa saja yang bisa terjadi seandainya merangkak. Kalau posisi orang tua berdiri, tentunya tidak akan tahu jika ada kutu kecil di lantai, jarum atau barang kecil lainnya, yang bisa saja dimasukkan anak ke dalam mulutnya. Termasuk stop kontak, kabel listrik, dan hal-hal bahaya lainnya. "Sebelum meletakkan bayi di lantai, periksa dulu, sudah aman atu belum. Itu yang paling penting kalau bicara soal anak merangkak," tegas Waldi.
Nakita online/Nomor 146/Tahun III/19 January 2002
Bayi tak merangkak? Tak usah cemas! Itu bukan tonggak penting untuk perkembangannya, kok. Ada ibu yang khawatir ketika bayinya belum juga ada tanda-tanda akan merangkak. Sebaliknya, ada juga yang terheran-heran, kok, bayinya tidak melewati masa merangkak, tapi malah langsung bisa berdiri. Sebetulnya, bagaimana, sih, fase merangkak ini? Apa perlu orang tua mencemaskannya?
ANTARA FASE DUDUK DAN BERDIRI
Tahap pergerakan bayi, menurut dr. Waldi Nurhamzah, SpA, staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mulai dari bagian atas tubuh sampai bawah. Ada pola pengembangan otot dari atas ke bawah. Jadi, kemampuannya mulai dari bagian kepala seperti bisa tersenyum, main mata, dan lainnya, sampai kemudian kemampuan pada kaki, seperti menggerak-gerakkannya.
Pada usia 6-10 bulan mulailah terjadi koordinasi atau perkembangan yang lebih nyata antara tangan dan kaki. Meski saat itu otot-otot tangan berkembang lebih dulu dari otot-otot tungkai. "Jadi, tangan lebih banyak pergerakannya dari kaki." Sehingga nanti akan terlihat, mobilitas atau koordinasi tangan lebih baik dari kaki dan lainnya. Kemudian pada masa usia akhir bayi atau 11-12 bulan, mungkin koordinasi kaki lebih baik lagi.
Sementara merangkak berada pada usia 7-10 bulan, di mana bayi mulai belajar melakukan pergerakan dengan koordinasi antara tangan dan kaki. "Fase ini berada pada fase antara duduk dan berdiri." Namun, koordinasi tangan ataupun kaki yang baik tidak harus dengan merangkak saja. Mungkin saja saat itu bayi berguling dengan bagus dan dia menggunakan tangannya, atau bayi duduk dengan menggerak-gerakkan kakinya.
BUKAN TONGGAK PENTING
Jadi, merangkak yang merupakan transisi antara duduk dan berdiri ini, tidak harus ada pada setiap bayi. Ia bukan milestone atau tonggak penting perkembangan, seperti halnya duduk ataupun berdiri yang memang harus ada.
Pendek kata, tegas Waldi, merangkak tak dipakai sebagai suatu patokan penting untuk pertumbuhan. "Bukan sebagai kunci penting. Ada anak yang tanpa merangkak dan langsung berdiri juga boleh-boleh saja." Juga tidak berkaitan dengan kecerdasannya, lo. Karena kecerdasan, kan, tidak tergantung dari merangkak saja, tapi pada perkembangan lainnya.
"Bukan berarti pula bayi yang melewati fase merangkak, koordinasinya lebih bagus. Karena, koordinasi tangan dan kaki tidak harus dengan bentuk merangkak saja. Bisa juga dalam bentuk bermain-main dengan tangan dan kakinya."
Pada bayi-bayi yang tidak merangkak, tapi menggunakan dan mengembangkan tangan dan kakinya dengan baik, menurut Waldi, pun tak apa-apa. Misalnya, si bayi duduk, kemudian tangannya ke mana-mana, semisal ingin menjangkau tepi meja untuk belajar berdiri.
Saat merangkak, menurut Waldi, sebenarnya bayi belajar. "Awalnya bisa tengkurap tanpa dibantu. Setelah itu tangannya mulai digerak-gerakkan. Mula-mula mungkin dengan ngesot, kadang bukannya maju tapi mundur, kemudian tungkai dan kakinya mulai digerak-gerakkan juga sehingga semua tangan dan kakinya ikut bergerak." Kadang ada juga bayi yang tidak bisa menekukan kaki belakangnya sehingga dia menungging. Selain itu, otot punggungnya pun menahan tubuhnya agar berada di atas lantai. Ada juga beberapa bayi yang terkadang jatuh lagi perutnya ke lantai. Semua ini, papar Waldi, "Tak jadi masalah."
Nah, agar si bayi kemudian bergerak maju mengkoordinasi-kan tangan dan kaki, orang tua bisa merangsangnya dengan menaruh mainan yang menarik perhatiannya di depan pandangannya., "Sehingga dia akan 'berjalan' ke arah tempat tersebut."
TAK MERANGKAK
Memang, aku Waldi, ada juga bayi yang tidak melewati fase merangkak karena misalnya ada kelainan saraf, otot-ototnya lemah, cacat bawaan, atau ada suatu kerusakan di otaknya. "Jika itu yang terjadi,sebetulnya semua perkembangannya dari awal pun sudah terlambat. Bukan cuma fase merangkaknya saja. Dengan kata lain, perkembangannya tidak seperti yang dijadwalkan persis. Misalnya,tidak bisa tengkurap di usia 3 bulan, tidak bisa duduk di usia 7 bulan."
Tapi bisa juga, terang Waldi,awalnya semua normal dan perkembangannya juga bagus. Anak bisa tengkurap tanpa dibantu, bisa duduk, tapi kemudian dia terkena suatu penyakit yang menyebabkan otaknya rusak atau ada yang tak beres. "Otomatis perkembangannya berhenti di fase merangkak tersebut danbahkan mungkin perkembangannyamundur lagi."
Yang pasti, tidak adanya fase merangkak ini tak memberi indikasi pada suatu kelainan tertentu, semisal autis. "Sekali lagi, merangkak bukan tonggak penting pertumbuhan anak."Ironisnya, lanjut Waldi, orang tua dengan bayi yang misalnya karena suatu sebab dan mengalami pembedahan yang menyebabkan usus besarnya harus dibuatkan pintu keluar sementara di perut (kolostomi), malah takut jika anaknya merangkak. "Padahal, sebetulnya tak masalah juga, justru bagus untuk perbaikan motorik anak.Tak usah khawatir tinja anak akan belepotan ke mana-mana atau ususnya akan berdarah-darah karena tergesek. Asalkan orang tua menjaga keamanan di daerah sekitar perutnya tersebut. Caranya dengan memberi tutup ususnya yang bagus dan diberi bantalan kain yang tebal di sekitarnya, aman-aman saja, kok."
KEAMANAN KALA MERANGKAK
Sebenarnya, papar Waldi, yang harus diperhatikan orang tua adalah lingkungan sekitar saat anak mulai belajar merangkak."Selain menggunakan motorik kasar dengan merangkak, anak juga memakai motorik halusnya, seperti memegang, meraih atau menjumput benda-benda, memasukkan benda ke dalam mulut, dan sebagainya. Nah, saat-saat itulah orang tua perlu ekstra hati-hati."
Karena itu, ada istilah,saat anak mulai merangkak, orang tua juga harus ikut merangkak. Maksudnya, agar orang tua juga bisa melihat apa-apa saja yang bisa terjadi seandainya merangkak. Kalau posisi orang tua berdiri, tentunya tidak akan tahu jika ada kutu kecil di lantai, jarum atau barang kecil lainnya, yang bisa saja dimasukkan anak ke dalam mulutnya. Termasuk stop kontak, kabel listrik, dan hal-hal bahaya lainnya. "Sebelum meletakkan bayi di lantai, periksa dulu, sudah aman atu belum. Itu yang paling penting kalau bicara soal anak merangkak," tegas Waldi.
Categories
Pertumbuhan Bayi
Senin, 29 Juni 2009
Flek Paru pada bayi = TB?TBC
Anak balita yang divonis sebagai flek paru dan harus menjalani "hukuman" minum obat jangka lama, paling tidak hingga 6 bulan. Jika ditanyakan kepada orangtuanya apa yang dimaksud 'flek paru' ? Biasanya orang tua pasien tidak tahu, Bila ditanya lebih lanjut apakah kemudian anaknya mendapat obat yang membuat air seninya berwarna merah ? Jika jawabnya "Ya", kemungkinan besar yang dimaksudkan sebagai 'flek paru' ini adalah Tuberkulosis / TBC paru atau saat ini disebut TB saja. Tapi kemudian timbul pertanyaan, karena sudah jelas dokter telah mendiagnosa si anak terkena TB, tapi kenapa dokter tidak menyatakan sebagai TB ? Sebagian kalangan di masyarakat beranggapan bahwa TB bukan penyakit yang "bergengsi", beda (misalnya)dengan penyakit jantung yang dianggap lebih "terhormat". Sebagian pasien tidak berkenan jika dinyatakan Sakit TB.
Khawatir pasien tidak dapat menerima, dokter berusaha menyamarkan penyakitnya dengan istilah 'flek paru' ini. Saat ini umumnya pasien sudah berpikiran terbuka dan dapat menerima jika dinyatakan Sakit TB. Sebaiknya dokter berterus terang menyatakan Sakit TB tanpa menyamarkan dengan istilah flek paru yang justru tidak mendidik pasien tersebut. Lalu, mengapa disamarkan dengan istilah 'flek paru' ? Flek berasal dan bahasa Belanda yang artinya "noda". Awalnya dari foto Rontgen paru pasien TB, yang memberikan gambaran bercak-bercak putih seperti noda pada paru sehingga disebut "flek", Istilah flek paru sebenarnya tidak pernah diajarkan di fakultas kedokteran manapun, dan juga tidak pernah disebut dalam artikel kedokteran manapun.
Istilah ini rancu dan kesannya kurang menghargai kecerdasan pasien, sama halnya dengan istilah "panas dalam" yang laris manis digunakan dalam iklan minuman penyegar. Keduanya sama sekali tidak mempunyai rujukan di dunia medis. Apakah semua gambaran "flek" pada paru berarti TB ? Tidak !! Semua penyakit di paru (dan itu banyak sekali jenisnya) dapat memberi gambaran 'flek' yang tidak dapat dibedakan dengan TB. Bahkan orang sehatpun pada Rontgen Paru-nya akan ada gambaran bercak-bercak putih yang istilah medisnya 'infiltrat'. Gambaran Rontgen seperti apa yang menunjukkan adanya TB paru ? TB paru dapat memberikan gambaran infiltrat yang lebih khusus pada foto Rontgen, istilahnya gambaran yang sugestif TB. Misalnya gambaran miller (bercak kecil putih merata di seluruh paru), atau gambaran atelektasis (gambaran putih padat akibat pengerutan sebagian paru), dll. Sekalipun gambarannya sugestif TB, foto Rontgen saja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap harus disertai gejala dan tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang lain.
Jika seorang anak dicurigai Sakit TB harus dibuktikan dulu adanya Infeksi TB (adanya kuman TB dalam tubuh seseorang). Caranya dengan uji tuberkulin atau yang lazim dikenal sebagai "Mantoux test". Jika hasilnya negatif berarti tidak ada infeksi, dan bila infeksinya saja tidak ada bagaimana mungkin bisa sakit TB. Namun perlu diingat hasil positif juga belum tentu berarti positif sakit TB. Hasil uji Mantoux positif hanya menunjukkan adanya infeksi TB, bukan menandakan pasiennya Sakit TB. Jadi harus dibedakan antara Infeksi TB dengan Sakit TB. Orang dewasa di Indonesia umumnya sudah terinfeksi TB tanpa sakit TB, sehingga jika dilakukan uji Mantoux pada orang dewasa di Indonesia maka umumnya akan positif. Uji Mantoux dapat memberikan hasil negatif palsu yang disebut anergi.
Anergi dapat dijumpai pada keadaan tertentu misalnya gizi buruk, Sakit TB yang berat, tifus yang berat, campak, cacar air, menggunakan obat steroid jangka lama, dan berbagai keadaan lain yang menyebabkan penekanan sistem imun (kekebalan) tubuh, Jika tidak ada salah satu keadaan tersebut sangat kecil kemungkinannya terjadi anergi. Pemeriksaan darah bisa dilakukan juga untuk TB, disebut juga tes LED (laju endap darah) dan hitung jenis limfosit, Kedua pemeriksaan ini nilai diagnostiknya untuk TB rendah, jauh lebih rendah dibanding foto Rontgen, sehingga hanya digunakan sebagai data tambahan. Adapun pemeriksaan darah lain untuk TB, yaitu pemeriksaan PCR dan serologis, seperti PAP TB, Mycodot, ICT dll. Namun semua pemeriksaan itu tidak lebih unggul daripada uji Mantoux, Semua pemeriksaan itu jika positif juga hanya menunjukkan adanya Infeksi TB, tidak bisa untuk menentukan ada tidaknya Sakit TB.
Arti pernyataan sakit TB dengan infeksi TB itu berbeda, hati-hati. Jika orang (dewasa atau anak) mengalami Sakit TB akan menunjukkan gejala dan tanda Sakit TB. Sedangkan jika hanya terinfeksi TB tanpa sakit TB tidak akan ada gejala dan tanda sakit TB. Perlu diketahui G\gejala dan tanda Sakit TB pada anak, yang sangat luas variasinya, mulal dari yang sangat ringan sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit TB pada anak di antaranya adalah MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demam lama atau berulang, gampang / sering tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang banyak di leher, diare yang sulit sembuh dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ di seluruh tubuh sehingga bisa timbul gejala pincang jika mengenai sendi panggul atau lutut, benjolan banyak di leher, bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan saraf pusat otak. Batuk lama atau berulang merupakan salah satu gejala utama Sakit TB pada orang dewasa. Pada anak batuk lama / berulang dapat merupakan gejala Sakit TB, tapi bukan gejala utama. Pada anak ada penyakit lain yang gejala utamanya batuk lama / berulang yaitu asma.
Banyak kasus asma pada anak yang keliru divonis TB. Asma dengan TB merupakan dua penyakit yang sama sekali berbeda namun sering dikelirukan. Tapi keberadaan gejala diatas juga sebenarnya belum tentu berarti sakit TB juga. Berbagai gejala tadi bukan "monopoli" Sakit TB, tapi dapat juga disebabkan oleh berbagai penyakit lain. Itulah sebabnya uji Mantoux sangat penting untuk menentukan dulu apakah ada Infeksi TB atau tidak, Jika tidak ada Infeksi TB, berarti berbagai gejala tadi disebabkan oleh penyakit lain. Sedikit penjelasan lebih dalam tentang TB. TB merupakan salah satu bentuk penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan masuk dan berkembangbiaknya kuman dalam tubuh seseorang. Kuman adalah makhluk hidup yang sangat kecil sekali (mikro onganisme = mikroba = jasad renik) yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Ada jutaan jenis kuman salah satu di antaranya adalah kuman TB. Cara penularannya bisa bermacam-macam, tapi yang paling sering adalah melalui saluran respiratonik (pernapasan). Pasien TB dewasa dengan TB paru, jika batuk, bersin, menyanyi, atau bicara akan menghembuskan ribuan kuman TB ke udara disekitarnya.
Bila kuman ini terhirup oleh orang lain, maka orang tersebut dapat terinfeksi. Tapi perlu diingat juga bahwa kalaupun kita berhubungan dengan pasien TB paru dewasa, belum pasti kita akan tertular. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya infeksi TB. Faktor sumber penularan, lingkungan, dan faktor daya tahan tubuh. Tingkat eratnya hubungan (kontak) juga sangat berperan. Makin erat kontak (dose contact) dan makin lama, makin besar risiko tertular. Ada perbedaan antara TB pada dewasa dan pada anak. TB paru pada dewasa dapat menular, sedangkan TB paru anak tidak menular sehingga tidak perlu dipisahkan apalagi dikucilkan. Yang perlu diingat, jika seorang anak / bayi terinfeksi TB, berarti ada orang dewasa sebagai sumber penularannya yang perlu dicari dan kemudian diobati agar tidak menulari orang lain lagi.
Categories
ganguan Bayi
Rabu, 27 Mei 2009
Mengeluh Lewat Milis, Ibu Rumah Tangga Ditahan
Mengeluh Lewat Milis, Ibu Rumah Tangga Ditahan
Sidang digelar pekan depan.
TANGERANG - Prita Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan.
"Dititipkan di sini sejak 13 Mei lalu oleh Kejaksaan Negeri Tangerang," kata Arti Wirastuti, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, di kantornya kemarin.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, mendekam di Paviliun Menara, ruang tahanan khusus titipan yang menunggu persidangan. Arti menolak permintaan Tempo untuk bertemu Prita.
Ia dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang isinya, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Sanksi atas pelanggaran pasal itu berupa hukuman penjara maksimal enam tahun dan atau denda maksimal Rp 1 miliar.
Anggota tim jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Tangerang, Haryadi, mengatakan baru pada 25 Mei lalu dia menerima berkas kasus nomor 55-1/2009 itu dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita yang berisi keluhannya ketika dirawat di unit gawat darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Surat yang semula hanya ditujukan ke sebuah mailing list (milis) itu ternyata beredar ke pelbagai milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke beberapa milis dan memasang iklan di harian nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor 300/PDG/6/2008/PN-TNG itu sekitar dua pekan yang lalu. Ketua Pengadilan Herri Swantoro menolak menjelaskan putusannya. "Karena pada 25 Mei 2009 kedua belah pihak menyatakan banding," ujarnya kemarin.
Herri memastikan persidangan pidana kasus ini akan digelar pekan depan dan dipimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Tangerang. "Semua sudah disiapkan."
Pengacara PT Sarana, Hadi, belum memberikan penjelasan. "Nanti hubungi saya lagi," katanya kemarin.
Ia tak menjawab ketika Tempo menghubunginya kembali dan mengirim pesan singkat ke telepon selulernya.
Keluarga Prita pun bungkam. "Saya tak berani ngomong, ini amanat Prita," kata Arief, kakak kandung Prita, dua hari yang lalu. JONIANSYAH | HAMLUDDIN | JOBPIE S
Sidang digelar pekan depan.
TANGERANG - Prita Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan.
"Dititipkan di sini sejak 13 Mei lalu oleh Kejaksaan Negeri Tangerang," kata Arti Wirastuti, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, di kantornya kemarin.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, mendekam di Paviliun Menara, ruang tahanan khusus titipan yang menunggu persidangan. Arti menolak permintaan Tempo untuk bertemu Prita.
Ia dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang isinya, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Sanksi atas pelanggaran pasal itu berupa hukuman penjara maksimal enam tahun dan atau denda maksimal Rp 1 miliar.
Anggota tim jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Tangerang, Haryadi, mengatakan baru pada 25 Mei lalu dia menerima berkas kasus nomor 55-1/2009 itu dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita yang berisi keluhannya ketika dirawat di unit gawat darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Surat yang semula hanya ditujukan ke sebuah mailing list (milis) itu ternyata beredar ke pelbagai milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke beberapa milis dan memasang iklan di harian nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor 300/PDG/6/2008/PN-TNG itu sekitar dua pekan yang lalu. Ketua Pengadilan Herri Swantoro menolak menjelaskan putusannya. "Karena pada 25 Mei 2009 kedua belah pihak menyatakan banding," ujarnya kemarin.
Herri memastikan persidangan pidana kasus ini akan digelar pekan depan dan dipimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri Tangerang. "Semua sudah disiapkan."
Pengacara PT Sarana, Hadi, belum memberikan penjelasan. "Nanti hubungi saya lagi," katanya kemarin.
Ia tak menjawab ketika Tempo menghubunginya kembali dan mengirim pesan singkat ke telepon selulernya.
Keluarga Prita pun bungkam. "Saya tak berani ngomong, ini amanat Prita," kata Arief, kakak kandung Prita, dua hari yang lalu. JONIANSYAH | HAMLUDDIN | JOBPIE S
Categories
ಸೆರಿತ Inspirasi
Kamis, 14 Mei 2009
Pemilihan Susu Formula Terbaik
Asi adalah susu yang terbaik bagi anak. Susu formula terbaik adalah susu yang cocok dan tidak menimbulkan gangguan. Bukan karena susu yang disukai, termahal, terkenal atau yang mengandung berbagai macam kandungan kecerdasan
Seorang ibu mendapat advis dari dokter bahwa anaknya harus memakai susu formula A. Saat mencari susu tersebut di supermarket mendapat informasi dari seorang SPG (Sales Promotion Girl) bahwa susu A mungkin tidak cocok karena tidak bisa menggemukkan jadi harus dengan susu B. Sesampai di rumah si ibu mencoba “curhat” pertelepon dengan temannya. Si teman mengatakan bahwa anaknya bisa gemuk dengan susu C karena lebih terkenal dan lebih mahal. Dengan perasaan bingung si Ibu mencoba konsultasi ke dokter lainnya ternyata advisnya berbeda lagi, anak harus minum susu D. Akhirnya si ibu malah menjadi bingung mendapat informasi yang sangat berbeda ini.
Orang tua sering dihadapkan pada masalah pemilihan jenis susu formula yang tepat dan baik untuk bayi. Masalah ini diperumit dengan semakin banyaknya susu formula yang beredar di pasaran. Informasi tentang pemahaman pemilihan jenis susu semakin banyak didapatkan, baik dari dokter, sales promotion di supermarket, iklan di media cetak dan elektronik, brosur atau dari pengalaman ibu lainnya. Informasi yang beragam inilah yang membingungkan orang tua, karena sering sangat berbeda dan berlawanan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa kesulitan pemilihan jenis susu formula banyak dialami oleh para orang tua.
Pemilihan susu formula yang tidak tepat akan mengakibatkan gangguan beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, sering batuk, sesak dan sebagainya. Gangguan sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta mempengaruhi dan memperberat gangguan perilaku anak.
ASI adalah merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak. Tetapi menjadi masalah bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai kondisi dan keadaan. Penggunaan PASI (Pengganti ASI) menjadi alternatif yang tidak dapat dihindarkan. Pemilihan susu terbaik bagi anak harus dilakukan secara cermat dan teliti. Susu merupakan makanan bayi dan anak yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dan jangka panjang. Bila susu tersebut tidak cocok bisa menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang terjadi terjadi terus menerus dalam jangka panjang.
SUSU FORMULA TERBAIK
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Bukan juga susu yang banyak dipakai oleh kebanyakan bayi atau susu yang paling laris. Karena, susu formula dengan penjualan terbesar yang beredar di setiap negara selalu beredar. Di negara Indonesia misalnya susu formula merek A, di negara Amerika serikat merek B, sedangkan di Belanda mungkin merek C.
Susu terbaik harus tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Susu yang terbaik juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan sebagainya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Anak tertentu bisa menerima susu A, tetapi anak lainnya bila minum susu A terjadi diare, muntah atau malah sulit buang air besar.
Semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan Standard RDA (Recomendation Dietery Allowence). Standar RDA untuk susu formula bayi adalah jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dengan kata lain penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut.
Susu yang paling enak dan disukai bukan merupakan pertimbangan utama pemilihan susu. Meskipun susu tersebut disukai anak, tetapi bila menimbulkan banyak gangguan fungsi dan sistem tubuh maka akan menimbulkan banyak masalah kesehatan bagi anak. Tetapi sebaliknya bila gangguan saluran cerna anak baik dan tidak terganggu maka nafsu makan atau minum susu pada anak tidak akan terganggu.
Harga susu yang mahal dan merek yang terkenal juga bukan merupakan jaminan bahwa susu tersebut yang terbaik. Keterkenalan merek susu formula tertentu di suatu negara atau daerah sebenarnya lebih karena pertimbangan keberhasilan strategi pemasaran dan penyediaan barang. Hal ini dapat dillihat bahwa susu dengan penjualan tertinggi di negara satu dengan negara lainnya di dunia sangat berbeda dan bervaiasi.
Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Banyak penelitian masih bertolakbelakang untuk menyikapi pendapat tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian AA dan DHD pada penderita prematur tampak lebih bermanfaat. Sedangkan pemberian pada bayi cukup bulan (bukan prematur) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna mempengaruhi kecerdasan. Sehingga WHO hanya merekomendasikan pemberian AA dan DHA hanya pada bayi prematur saja.
Penjualan susu formula adalah merupakan bisnis perdagangan yang sangat besar dan sangat menggiurkan. Setiap hari kita disuguhi promosi susu formula yang demikian gencar. Semua produsen susu berlomba-loba mengangkat isu kecerdasan dengan mengandalkan AA, DHA, Spingomielin dan sebagainya. Karena sangat gencarnya promosi “susu kecerdasan” ini, banyak orangtua menolak bila susu anaknya tidak mengandung AA dan DHA. Fenomena ini merubah perilaku produsen untuk selalu menambah zat kecerdasan pada semua produk susu dan makanan anak. Sehingga akhirnya penambahan kandungan AA dan DHA kesannya hanya untuk kepentingan bisnis belaka.
Penambahan prebiotik atau sinbiotik untuk memperbaiki saluran cerna bukanlah yang utama. Selama bahan dasar susu formula tersebut bisa diterima saluran cerna, maka penambahan kandungan tersebut tidak terlalu bermanfaat. Sebaliknya meskipun terdapat zat tersebut, tetapi bila beberapa kandungan dalam susu sapi tidak bisa diterima saluran cerna juga tidak akan memperbaiki keadaan. Bila terdapat masalah gangguan saluran cerna berkepanjangan yang penting adalah mencari jenis susu atau makanan lainnya yang dapat mengganggu saluran cerna tersebut.
MENGAPA SUSU FORMULA TIDAK COCOK
Pengaruh ketidak cocokan terhadap susu formula bisa disebabkan karena reaksi simpang makanan bisa karena reaksi alergi atau reaksi nonalergi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sIstem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul. Reaksi non alergi atau reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi. Intoleransi ini bisa terjadi ketidakcocokan terhadap laktosa, gluten atau jenis lemak tertentu.
Reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena ketidakcocokan beberapa kandungan didalam susu formula. Bisa terjadi karena ketidakcocokan terhadap kandungan protein susu sapi (kasein), laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya.
Alergi susu sapi adalah alergi terhadap kandungan protein tertentu yang ada di dalamnya. Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk menyebabkan sensitivitas. Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit, sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari 100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C – 80C.
GEJALA REAKSI ALERGI SUSU SAPI ATAU REAKSI SIMPANG SUSU FORMULA
Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau timbulnya gejala kurang dari 8 jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul setelah lebih dari 8 jam, atau kadang setelah minum susu 5 atau 7 hari baru timbul keluhan. Tanda dan gejala ketidak cocokan susu formula atau alergi susu hampir sama dengan alergi makanan. Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran napas dan organ lainnya.
Tabel 1. Kondisi klinis yang dapat diperberat karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
* GANGGUAN SALURAN CERNA: Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering rewel, gelisah atau kolik terutama malam hari. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, Feses berwarna hijau, hitam, berbau, sangat keras, cair atau berdarah. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
* Bila gangguan saluran cerna terjadi jangka panjang akan mengakibatkan : daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (batuk, pilek, panas, tonsilitis (amandel) berulang kadang setiap bulan atau lebih)
* Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
* Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru). Gusi tampak bengkak seperti tumbuh gigi.
* Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
* Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). BILA BERAT SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS) Bayi usia cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asthma (sering batuk/bila batuk sering dahak berlebihan )sebelum usia prasekolah.
* Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
* Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
* Karena pencernaan terganggu bayi sering minum berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).
* Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat. Sering berkeringat (berlebihan) terutama dahi, daerah rambut meskipun dalam suhu udara dingin dan menggunakan ac.
* Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
Reaksi simpang makanan seperti ketidakcocokan susu formula terutama mengganggu sistem saluran cerna. Gangguan saluran cerna tersebut kadang mengakibatkan gangguan permeabilitas pada saluran cerna atau leaky gut. Banyak penelitian terakhir mengungkapkan bahwa gangguan saluran cerna kronis dengan berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis ternyata dapat mengakibatkan gangguan neurofungsional otak. Gangguan fungsi otak tersebut mempengaruhi gangguan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan Autis.
Tabel 2. Gangguan perilaku dan motorik (gangguan neuroanatomis dan neurofisiologis) yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
* GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
* GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.
Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
* GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
* AGRESIF MENINGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit putting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut.
* GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan thd sesuatu aktifitas bermain, bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Tidak menyukai tempat yang sempit seperti box bayi atau ruangan kamar yang kecil. Sehingga sering minta keluar ruangan atau halaman luar rumah.
* EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran.
* GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI : Pada POLA PERKEMBANGAN NORMAL adalah BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
* KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, , kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik.
* IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
* Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi)
BERBAGAI JENIS SUSU FORMULA
Susu sebagai minuman utama pada bayi terdiri dari ASI, PASI atau susu formula (comercial formula) dan Non Formula. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu.
PASI (Pengganti Air Susu Ibu) adalah merupakan alternatif terakhir bila memang ASI tidak keluar, kurang atau mungkin karena sebab lainnya. PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan. PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal (starting formula), susu lanjutan (Followup Formula) .dan susu formula khusus (specific formula). Starting Formula biasanya diberikan sejak lahir sebelum usia 6 bulan dan Followup Formula diberikan di atas usia 6 bulan.
Spesific formula merupakan formula khusus yang diberikan pada bayi yang mengalami gangguan malabsorbsi, alergi, intoleransi ataupun penyakit metabolik. Susu formula khusus ini sangat banyak dan bervariasi yang berisi formula tertentu bagi keadaan yang tertentu pula. Diantaranya adalah susu hidrolisa protein ektensif seperti Pepti junior, pregestimil, atau yang paling ekstensif seperti Neocate. Golongan susu tersebut termasuk yang paling aman karena komposisinya tanpa laktosa, mengandung banyak lemak MCT (monochain trigliserida) dan protein susu yang lebih mudah dicerna. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita alergi susu sapi, alergi susu kedelai, malabsorspsi dan sebaginya.
Susu formula khusus lainnya adalah susu hidrolisat protein parsial, seperti NAN HA atau Enfa HA. Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang beresiko alergi atau untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian hari. Untuk pencegahan alergi biasanya hanya digunakan sejak lahir hingga usia 6 bulan. Sebenarnya susu ini bukan digunakan untuk penderita alergi susu sapi. Tetapi dalam keadaan gejala alergi yang ringan tampaknya penggunaan susu ini sangat bermanfaat.
Susu formula khusus kedelai atau susu formula soya adalah susu formula yang mengandung bahan dasar kedelai sebagai pengganti susu sapi. Susu formula soya yang saat ini beredar di Indonesia adalah isomil, nutrisoya, prosobee dan sebagainya. Susu formula khusus lainnya adalah susu bebas atau rendah laktosa. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita intoleransi laktosa.
Non formula, merupakan susu yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai PASI. Contoh susu non formula adalah susu sapi segar, susu skim atau susu kental manis. Susu ini komposisinya tidak sesuai dengan komposisi yang direkomendasikan oleh FDA atau komposisinya tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Susu formula sangat berbeda dengan susu sapi murni, meski bahan baku susu formula dari susu sapi. Dalam susu formula, ada tambahan nutrisi yang sudah terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi. Karena itu, pemberian susu formula kepada bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan.
STRATEGI PEMILIHAN SUSU FORMULA
Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula yang terbaik bagi anak. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi. Langkah ke dua, harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir
Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.
Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi. Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu juga dapat mengakibatkan gangguan alergi. Dalam keadaan bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti reaksi alergi khususnya pada kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir yang berlebihan). Hal lain sering terjadi anak divonis alergi susu sapi padahal sebelumnya penggunaan susu sapi tidak menimbulkan masalah kesehatan. Alergi susu sapi biasanya semakin pertambahan usia akan semakin membaik, bukan sebaliknya. Alergi susu sapi biasanya terjadi sejak lahir. Bila gejala alergi baru timbul di atas usia 6 bulan, penyebabnya sangat mungkin bukan susu sapi. Kita harus mencermati alergi terhadap makanan lainnya yang biasanya mulai dikenalkan pada usia tersebut. Penderita alergi makanan, selain alergi terhadap susu sapi juga mengalami alergi terhadap makanan tertentu. Anak yang mengalami alergi susu sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 – 40% mengalami alergi susu soya (kedelai). Tetapi susu soya merupakan pilihan pertama untuk anak alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan.
Bila anak mengalami alergi susu sapi yang ringan seperti gangguan kulit dan saluran cerna ringan akan bisa menerima susu sapi tersebut sekitar usia 1 tahun. Bila mengakibatkan gangguan berat seperti batuk, asma dan muntah biasanya akan bisa menerima susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
Bila mencurigai ketidak cocokan susu formula, jangan terlalu cepat memvonis susu sapi adalah penyebabnya. Ketidakcocokan susu formula belum tentu hanya karena kandungan susu sapinya. Gangguan bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Proses pengolahan bahan dasar susu sapi ternyata juga bisa berpengaruh. Beberapa cara proses pengolahan susu sapi tertentu dapat menghilangkan protein tertentu yang dapat menyebabkan gangguan alergi. Perbedaan ini dapat diamati dengan perbedaan bau susu formula tersebut. Susu sapi formula satu dengan yang lainnya kadang bau ketajaman susu sapinya berbeda.
Penggantian ketidakcocokan susu formula tidak harus selalu dengan susu soya atau susu hipoalergenik. Jadi, bila mencurigai ketidak cocokan susu jangan terlalu cepat mengganti dengan susu soya atau susu hipoalergi lainnya. Bila gangguannya ringan dengan penggantian susu sapi formula yang sejenis gangguan tersebut dapat berkurang. Misalnya, penggantian susu yang tidak mengandung DHA gangguan kulit bisa menghilang. Buang air besar yang sulit dengan pengantian susu sapi tertentu yang tidak mengandung kelapa sawit gangguannya membaik. Demikian pula gangguan penderita yang sering batuk, dengan mengganti susu sapi formula tertentu dapat mengurangi gangguan itu.
Pemberian susu formula khusus seperti susu soya, susu peptijunior atau susu hipoalergenik sering dianggap tidak bergizi dibanding susu formula lainnya. Sebenarnya secara umum pendapat ini tidak benar. Setiap susu formula kandungan vitamin, mineral dan kalorinya adalah sama, sudah sesuai standar FDA. Harus sesuai dengan kebutuhan anak menurut usianya. Memang susu tersebut tidak mengandung AA, DHA, dan ”kandungan kecerdasan” lainnya. Padahal penambahan kandungan zat tersebut masih belum terbukti secara klinis. Sedangkan bila susu formula lainnya tetap dipaksakan maka banyak gangguan fungsi organ tubuh dan ganggua perilaku yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Hal ini justru akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain ketidakcocokan susu, pertimbangan berikutnya dalam pemilihan susu adalah masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga. Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya. Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang baik. Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut. Semua susu formula susu yang beredar untuk bayi dan anak jumlah kandungan kalori, vitamin dan mineralnya tidak berbeda jauh. Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula. Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut. Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.
KESIMPULAN
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Pertimbangan lain adalah pertimbangan harga susu yang harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga dan harus mudah didapatkan di pasaran.
Reaksi simpang makanan yang diakibatkan susu formula bisa disebabkan karena beberapa komposisi yang terkandung di dalamnya. Baik berupa reaksi alergi, intoleransi, atau reaksi simpang lainnya. Reaksi tersebut dapat mengganggu beberapa organ tubuh dan perilaku pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crittenden RG, Bennett LE..Cow’s milk allergy: a complex disorder. J Am Coll Nutr. 2005 Dec;24(6 Suppl):582S-91S.
2. Tokodi I, Maj C, Gabor S.[Cycle vomiting syndrome as a clinical appearance of eosinophilic gastroenteritis]. Orv Hetil. 2005 Oct 30;146(44):2265-9. Hungarian..
3. Paajanen L, Korpela R, Tuure T, Honkanen J, Jarvela I, Ilonen J, Knip M, Vaarala O, Kokkonen J..Cow milk is not responsible for most gastrointestinal immune-like syndromes–evidence from a population-based study. Am J Clin Nutr. 2005 Dec;82(6):1327-35.
4. Kaczmarski M, Wasilewska J, Lasota M..Hypersensitivity to hydrolyzed cow’s milk protein formula in infants and young children with atopic eczema/dermatitis syndrome with cow’s milk protein allergy. Rocz Akad Med Bialymst. 2005;50:274-8..
5. Axelsson I, Jakobsson I, Lindberg T, Benediktsson B: Bovine beta-lactoglobulin in the human milk. A longitudinal study during the whole lactation period. Acta Paediatr Scand 1986 Sep; 75(5): 702-7.
6. Bentley D, Katchburian A, Brostoff J. Abdominal migraine and food sensitivity in children. Clinical Allergy 1984;14:499-500.
7. .Blackshaw AJ, Levison DA: Eosinophilic infiltrates of the gastrointestinal tract. J Clin Pathol 1986 Jan; 39(1): 1-7.
8. Bock SA: Evaluation of IgE-mediated food hypersensitivities. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S20-7.
9. Carroccio A, Montalto G, Custro N, et al: Evidence of very delayed clinical reactions to cow’s milk in cow’s milk-intolerant patients. Allergy 2000 Jun; 55(6): 574-9.
10. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.
11. Doris J Rapp. Allergies and the Hyperactive Child
12. Dupont C, Heyman M: Food protein-induced enterocolitis syndrome: laboratory perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S50-7.
13. Goyal RK, Hirano I. The enteric nervous system. N Engl J Med 1996;334:1106-1115.
14. Hall K. Allergy of the nervous system : a review Ann Allergy 1976 Jan;36(1):49-64.
15. Hill DJ, Heine RG, Cameron DJ: The natural history of intolerance to soy and extensively hydrolyzed formula in infants with multiple food protein intolerance. J Pediatr 1999 Jul; 135(1): 118-21.
16. INTERNATIONAL CONGR. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern ESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004.
17. Judarwanto W. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern of Palm Olein in Formula-fed Term Infants” 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004
18. Judarwanto W. Dietery Intervention as a Therapy for Behaviour Problems in Children with Gastrointestinal Iacono G, Cavataio F, Montalto G: Intolerance of cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med 1998 Oct 15; 339(16): 1100-4.
19. Judarwanto W. Using Nutrient Dense in Children with Gastroenterointestinal Allergies” 24TH Allergy. World Congress Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition tanggal 2 – 7 Juli 2004 di Paris Perancis.
20. Judarwanto W. Dietery Intervention as a therapy for Sleep Difficulty in Children with Gastrointestinal Allergy”. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004.
21. Kelly KJ: Eosinophilic gastroenteritis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S28-35.
22. Kelly KJ, Lazenby AJ, Rowe PC: Eosinophilic esophagitis attributed to gastroesophageal reflux: improvement with an amino acid-based formula. Gastroenterology 1995 Nov; 109(5): 1503-12.
23. Kokkonen J, Karttunen TJ, Niinimaki A: Lymphonodular hyperplasia as a sign of food allergy in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1999 Jul; 29(1): 57-62.
24. Kokkonen J, Haapalahti M, Laurila K, et al: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 797-803.
25. Lake AM: Food-induced eosinophilic proctocolitis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S58-60.
26. Lake AM, Whitington PF, Hamilton SR: Dietary protein-induced colitis in breast-fed infants. J Pediatr 1982 Dec; 101(6): 906-10.
27. Liacouras CA, Ruchelli E: Eosinophilic esophagitis. Curr Opin Pediatr 2004 Oct; 16(5): 560-6.
28. Lindberg T: Infantile colic: aetiology and prognosis. Acta Paediatr 2000 Jan; 89(1): 1-2.
29. Lowichik A, Weinberg AG: A quantitative evaluation of mucosal eosinophils in the pediatric gastrointestinal tract. Mod Pathol 1996 Feb; 9(2): 110-4.
30. Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/intolerance and atopic dermatitis in infancy and childhood. Allergy 2001; 56 Suppl 67: 105-8.
31. Sampson HA, Anderson JA: Summary and recommendations: Classification of gastrointestinal manifestations due to immunologic reactions to foods in infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S87-94.
32. Walker WA: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age: a new entity or a spectrum of mucosal immune responses with age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 765-6.
33. Vaughan TR. The role of food in the pathogenesis of migraine headache. Clin Rev Allergy 1994;12:167-180.
34. Overview Allergy Hormone.Htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
35. Allergy induced Behaviour Problems in children. Htpp://www.allergies/wkm/behaviour:
36. Brain allergic in Children.Htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.
Oleh : Dr Widodo Judarwanto SpA
Seorang ibu mendapat advis dari dokter bahwa anaknya harus memakai susu formula A. Saat mencari susu tersebut di supermarket mendapat informasi dari seorang SPG (Sales Promotion Girl) bahwa susu A mungkin tidak cocok karena tidak bisa menggemukkan jadi harus dengan susu B. Sesampai di rumah si ibu mencoba “curhat” pertelepon dengan temannya. Si teman mengatakan bahwa anaknya bisa gemuk dengan susu C karena lebih terkenal dan lebih mahal. Dengan perasaan bingung si Ibu mencoba konsultasi ke dokter lainnya ternyata advisnya berbeda lagi, anak harus minum susu D. Akhirnya si ibu malah menjadi bingung mendapat informasi yang sangat berbeda ini.
Orang tua sering dihadapkan pada masalah pemilihan jenis susu formula yang tepat dan baik untuk bayi. Masalah ini diperumit dengan semakin banyaknya susu formula yang beredar di pasaran. Informasi tentang pemahaman pemilihan jenis susu semakin banyak didapatkan, baik dari dokter, sales promotion di supermarket, iklan di media cetak dan elektronik, brosur atau dari pengalaman ibu lainnya. Informasi yang beragam inilah yang membingungkan orang tua, karena sering sangat berbeda dan berlawanan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa kesulitan pemilihan jenis susu formula banyak dialami oleh para orang tua.
Pemilihan susu formula yang tidak tepat akan mengakibatkan gangguan beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, sering batuk, sesak dan sebagainya. Gangguan sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta mempengaruhi dan memperberat gangguan perilaku anak.
ASI adalah merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak. Tetapi menjadi masalah bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai kondisi dan keadaan. Penggunaan PASI (Pengganti ASI) menjadi alternatif yang tidak dapat dihindarkan. Pemilihan susu terbaik bagi anak harus dilakukan secara cermat dan teliti. Susu merupakan makanan bayi dan anak yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dan jangka panjang. Bila susu tersebut tidak cocok bisa menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang terjadi terjadi terus menerus dalam jangka panjang.
SUSU FORMULA TERBAIK
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Susu terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Bukan juga susu yang banyak dipakai oleh kebanyakan bayi atau susu yang paling laris. Karena, susu formula dengan penjualan terbesar yang beredar di setiap negara selalu beredar. Di negara Indonesia misalnya susu formula merek A, di negara Amerika serikat merek B, sedangkan di Belanda mungkin merek C.
Susu terbaik harus tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Susu yang terbaik juga harus tidak menimbulkan gangguan lainnya seperti batuk, sesak, gangguan kulit dan sebagainya. Penerimaan terhadap susu pada setiap anak sangat berbeda. Anak tertentu bisa menerima susu A, tetapi anak lainnya bila minum susu A terjadi diare, muntah atau malah sulit buang air besar.
Semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan Standard RDA (Recomendation Dietery Allowence). Standar RDA untuk susu formula bayi adalah jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dengan kata lain penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut.
Susu yang paling enak dan disukai bukan merupakan pertimbangan utama pemilihan susu. Meskipun susu tersebut disukai anak, tetapi bila menimbulkan banyak gangguan fungsi dan sistem tubuh maka akan menimbulkan banyak masalah kesehatan bagi anak. Tetapi sebaliknya bila gangguan saluran cerna anak baik dan tidak terganggu maka nafsu makan atau minum susu pada anak tidak akan terganggu.
Harga susu yang mahal dan merek yang terkenal juga bukan merupakan jaminan bahwa susu tersebut yang terbaik. Keterkenalan merek susu formula tertentu di suatu negara atau daerah sebenarnya lebih karena pertimbangan keberhasilan strategi pemasaran dan penyediaan barang. Hal ini dapat dillihat bahwa susu dengan penjualan tertinggi di negara satu dengan negara lainnya di dunia sangat berbeda dan bervaiasi.
Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Banyak penelitian masih bertolakbelakang untuk menyikapi pendapat tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian AA dan DHD pada penderita prematur tampak lebih bermanfaat. Sedangkan pemberian pada bayi cukup bulan (bukan prematur) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna mempengaruhi kecerdasan. Sehingga WHO hanya merekomendasikan pemberian AA dan DHA hanya pada bayi prematur saja.
Penjualan susu formula adalah merupakan bisnis perdagangan yang sangat besar dan sangat menggiurkan. Setiap hari kita disuguhi promosi susu formula yang demikian gencar. Semua produsen susu berlomba-loba mengangkat isu kecerdasan dengan mengandalkan AA, DHA, Spingomielin dan sebagainya. Karena sangat gencarnya promosi “susu kecerdasan” ini, banyak orangtua menolak bila susu anaknya tidak mengandung AA dan DHA. Fenomena ini merubah perilaku produsen untuk selalu menambah zat kecerdasan pada semua produk susu dan makanan anak. Sehingga akhirnya penambahan kandungan AA dan DHA kesannya hanya untuk kepentingan bisnis belaka.
Penambahan prebiotik atau sinbiotik untuk memperbaiki saluran cerna bukanlah yang utama. Selama bahan dasar susu formula tersebut bisa diterima saluran cerna, maka penambahan kandungan tersebut tidak terlalu bermanfaat. Sebaliknya meskipun terdapat zat tersebut, tetapi bila beberapa kandungan dalam susu sapi tidak bisa diterima saluran cerna juga tidak akan memperbaiki keadaan. Bila terdapat masalah gangguan saluran cerna berkepanjangan yang penting adalah mencari jenis susu atau makanan lainnya yang dapat mengganggu saluran cerna tersebut.
MENGAPA SUSU FORMULA TIDAK COCOK
Pengaruh ketidak cocokan terhadap susu formula bisa disebabkan karena reaksi simpang makanan bisa karena reaksi alergi atau reaksi nonalergi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sIstem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul. Reaksi non alergi atau reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi. Intoleransi ini bisa terjadi ketidakcocokan terhadap laktosa, gluten atau jenis lemak tertentu.
Reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena ketidakcocokan beberapa kandungan didalam susu formula. Bisa terjadi karena ketidakcocokan terhadap kandungan protein susu sapi (kasein), laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya.
Alergi susu sapi adalah alergi terhadap kandungan protein tertentu yang ada di dalamnya. Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk menyebabkan sensitivitas. Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit, sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari 100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C – 80C.
GEJALA REAKSI ALERGI SUSU SAPI ATAU REAKSI SIMPANG SUSU FORMULA
Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau timbulnya gejala kurang dari 8 jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul setelah lebih dari 8 jam, atau kadang setelah minum susu 5 atau 7 hari baru timbul keluhan. Tanda dan gejala ketidak cocokan susu formula atau alergi susu hampir sama dengan alergi makanan. Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran napas dan organ lainnya.
Tabel 1. Kondisi klinis yang dapat diperberat karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
* GANGGUAN SALURAN CERNA: Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering rewel, gelisah atau kolik terutama malam hari. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, Feses berwarna hijau, hitam, berbau, sangat keras, cair atau berdarah. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
* Bila gangguan saluran cerna terjadi jangka panjang akan mengakibatkan : daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (batuk, pilek, panas, tonsilitis (amandel) berulang kadang setiap bulan atau lebih)
* Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
* Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru). Gusi tampak bengkak seperti tumbuh gigi.
* Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
* Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). BILA BERAT SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS) Bayi usia cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asthma (sering batuk/bila batuk sering dahak berlebihan )sebelum usia prasekolah.
* Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
* Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
* Karena pencernaan terganggu bayi sering minum berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).
* Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat. Sering berkeringat (berlebihan) terutama dahi, daerah rambut meskipun dalam suhu udara dingin dan menggunakan ac.
* Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
Reaksi simpang makanan seperti ketidakcocokan susu formula terutama mengganggu sistem saluran cerna. Gangguan saluran cerna tersebut kadang mengakibatkan gangguan permeabilitas pada saluran cerna atau leaky gut. Banyak penelitian terakhir mengungkapkan bahwa gangguan saluran cerna kronis dengan berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis ternyata dapat mengakibatkan gangguan neurofungsional otak. Gangguan fungsi otak tersebut mempengaruhi gangguan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan Autis.
Tabel 2. Gangguan perilaku dan motorik (gangguan neuroanatomis dan neurofisiologis) yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
* GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
* GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.
Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
* GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
* AGRESIF MENINGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit putting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut.
* GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan thd sesuatu aktifitas bermain, bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Tidak menyukai tempat yang sempit seperti box bayi atau ruangan kamar yang kecil. Sehingga sering minta keluar ruangan atau halaman luar rumah.
* EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran.
* GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI : Pada POLA PERKEMBANGAN NORMAL adalah BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
* KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, , kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik.
* IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
* Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi)
BERBAGAI JENIS SUSU FORMULA
Susu sebagai minuman utama pada bayi terdiri dari ASI, PASI atau susu formula (comercial formula) dan Non Formula. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu.
PASI (Pengganti Air Susu Ibu) adalah merupakan alternatif terakhir bila memang ASI tidak keluar, kurang atau mungkin karena sebab lainnya. PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan. PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal (starting formula), susu lanjutan (Followup Formula) .dan susu formula khusus (specific formula). Starting Formula biasanya diberikan sejak lahir sebelum usia 6 bulan dan Followup Formula diberikan di atas usia 6 bulan.
Spesific formula merupakan formula khusus yang diberikan pada bayi yang mengalami gangguan malabsorbsi, alergi, intoleransi ataupun penyakit metabolik. Susu formula khusus ini sangat banyak dan bervariasi yang berisi formula tertentu bagi keadaan yang tertentu pula. Diantaranya adalah susu hidrolisa protein ektensif seperti Pepti junior, pregestimil, atau yang paling ekstensif seperti Neocate. Golongan susu tersebut termasuk yang paling aman karena komposisinya tanpa laktosa, mengandung banyak lemak MCT (monochain trigliserida) dan protein susu yang lebih mudah dicerna. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita alergi susu sapi, alergi susu kedelai, malabsorspsi dan sebaginya.
Susu formula khusus lainnya adalah susu hidrolisat protein parsial, seperti NAN HA atau Enfa HA. Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang beresiko alergi atau untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian hari. Untuk pencegahan alergi biasanya hanya digunakan sejak lahir hingga usia 6 bulan. Sebenarnya susu ini bukan digunakan untuk penderita alergi susu sapi. Tetapi dalam keadaan gejala alergi yang ringan tampaknya penggunaan susu ini sangat bermanfaat.
Susu formula khusus kedelai atau susu formula soya adalah susu formula yang mengandung bahan dasar kedelai sebagai pengganti susu sapi. Susu formula soya yang saat ini beredar di Indonesia adalah isomil, nutrisoya, prosobee dan sebagainya. Susu formula khusus lainnya adalah susu bebas atau rendah laktosa. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita intoleransi laktosa.
Non formula, merupakan susu yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai PASI. Contoh susu non formula adalah susu sapi segar, susu skim atau susu kental manis. Susu ini komposisinya tidak sesuai dengan komposisi yang direkomendasikan oleh FDA atau komposisinya tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Susu formula sangat berbeda dengan susu sapi murni, meski bahan baku susu formula dari susu sapi. Dalam susu formula, ada tambahan nutrisi yang sudah terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi. Karena itu, pemberian susu formula kepada bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan.
STRATEGI PEMILIHAN SUSU FORMULA
Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula yang terbaik bagi anak. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi. Langkah ke dua, harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir
Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.
Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi. Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu juga dapat mengakibatkan gangguan alergi. Dalam keadaan bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti reaksi alergi khususnya pada kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir yang berlebihan). Hal lain sering terjadi anak divonis alergi susu sapi padahal sebelumnya penggunaan susu sapi tidak menimbulkan masalah kesehatan. Alergi susu sapi biasanya semakin pertambahan usia akan semakin membaik, bukan sebaliknya. Alergi susu sapi biasanya terjadi sejak lahir. Bila gejala alergi baru timbul di atas usia 6 bulan, penyebabnya sangat mungkin bukan susu sapi. Kita harus mencermati alergi terhadap makanan lainnya yang biasanya mulai dikenalkan pada usia tersebut. Penderita alergi makanan, selain alergi terhadap susu sapi juga mengalami alergi terhadap makanan tertentu. Anak yang mengalami alergi susu sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 – 40% mengalami alergi susu soya (kedelai). Tetapi susu soya merupakan pilihan pertama untuk anak alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan.
Bila anak mengalami alergi susu sapi yang ringan seperti gangguan kulit dan saluran cerna ringan akan bisa menerima susu sapi tersebut sekitar usia 1 tahun. Bila mengakibatkan gangguan berat seperti batuk, asma dan muntah biasanya akan bisa menerima susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
Bila mencurigai ketidak cocokan susu formula, jangan terlalu cepat memvonis susu sapi adalah penyebabnya. Ketidakcocokan susu formula belum tentu hanya karena kandungan susu sapinya. Gangguan bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Proses pengolahan bahan dasar susu sapi ternyata juga bisa berpengaruh. Beberapa cara proses pengolahan susu sapi tertentu dapat menghilangkan protein tertentu yang dapat menyebabkan gangguan alergi. Perbedaan ini dapat diamati dengan perbedaan bau susu formula tersebut. Susu sapi formula satu dengan yang lainnya kadang bau ketajaman susu sapinya berbeda.
Penggantian ketidakcocokan susu formula tidak harus selalu dengan susu soya atau susu hipoalergenik. Jadi, bila mencurigai ketidak cocokan susu jangan terlalu cepat mengganti dengan susu soya atau susu hipoalergi lainnya. Bila gangguannya ringan dengan penggantian susu sapi formula yang sejenis gangguan tersebut dapat berkurang. Misalnya, penggantian susu yang tidak mengandung DHA gangguan kulit bisa menghilang. Buang air besar yang sulit dengan pengantian susu sapi tertentu yang tidak mengandung kelapa sawit gangguannya membaik. Demikian pula gangguan penderita yang sering batuk, dengan mengganti susu sapi formula tertentu dapat mengurangi gangguan itu.
Pemberian susu formula khusus seperti susu soya, susu peptijunior atau susu hipoalergenik sering dianggap tidak bergizi dibanding susu formula lainnya. Sebenarnya secara umum pendapat ini tidak benar. Setiap susu formula kandungan vitamin, mineral dan kalorinya adalah sama, sudah sesuai standar FDA. Harus sesuai dengan kebutuhan anak menurut usianya. Memang susu tersebut tidak mengandung AA, DHA, dan ”kandungan kecerdasan” lainnya. Padahal penambahan kandungan zat tersebut masih belum terbukti secara klinis. Sedangkan bila susu formula lainnya tetap dipaksakan maka banyak gangguan fungsi organ tubuh dan ganggua perilaku yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Hal ini justru akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain ketidakcocokan susu, pertimbangan berikutnya dalam pemilihan susu adalah masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga. Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya. Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang baik. Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut. Semua susu formula susu yang beredar untuk bayi dan anak jumlah kandungan kalori, vitamin dan mineralnya tidak berbeda jauh. Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula. Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut. Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.
KESIMPULAN
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Pertimbangan lain adalah pertimbangan harga susu yang harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga dan harus mudah didapatkan di pasaran.
Reaksi simpang makanan yang diakibatkan susu formula bisa disebabkan karena beberapa komposisi yang terkandung di dalamnya. Baik berupa reaksi alergi, intoleransi, atau reaksi simpang lainnya. Reaksi tersebut dapat mengganggu beberapa organ tubuh dan perilaku pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crittenden RG, Bennett LE..Cow’s milk allergy: a complex disorder. J Am Coll Nutr. 2005 Dec;24(6 Suppl):582S-91S.
2. Tokodi I, Maj C, Gabor S.[Cycle vomiting syndrome as a clinical appearance of eosinophilic gastroenteritis]. Orv Hetil. 2005 Oct 30;146(44):2265-9. Hungarian..
3. Paajanen L, Korpela R, Tuure T, Honkanen J, Jarvela I, Ilonen J, Knip M, Vaarala O, Kokkonen J..Cow milk is not responsible for most gastrointestinal immune-like syndromes–evidence from a population-based study. Am J Clin Nutr. 2005 Dec;82(6):1327-35.
4. Kaczmarski M, Wasilewska J, Lasota M..Hypersensitivity to hydrolyzed cow’s milk protein formula in infants and young children with atopic eczema/dermatitis syndrome with cow’s milk protein allergy. Rocz Akad Med Bialymst. 2005;50:274-8..
5. Axelsson I, Jakobsson I, Lindberg T, Benediktsson B: Bovine beta-lactoglobulin in the human milk. A longitudinal study during the whole lactation period. Acta Paediatr Scand 1986 Sep; 75(5): 702-7.
6. Bentley D, Katchburian A, Brostoff J. Abdominal migraine and food sensitivity in children. Clinical Allergy 1984;14:499-500.
7. .Blackshaw AJ, Levison DA: Eosinophilic infiltrates of the gastrointestinal tract. J Clin Pathol 1986 Jan; 39(1): 1-7.
8. Bock SA: Evaluation of IgE-mediated food hypersensitivities. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S20-7.
9. Carroccio A, Montalto G, Custro N, et al: Evidence of very delayed clinical reactions to cow’s milk in cow’s milk-intolerant patients. Allergy 2000 Jun; 55(6): 574-9.
10. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.
11. Doris J Rapp. Allergies and the Hyperactive Child
12. Dupont C, Heyman M: Food protein-induced enterocolitis syndrome: laboratory perspectives. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S50-7.
13. Goyal RK, Hirano I. The enteric nervous system. N Engl J Med 1996;334:1106-1115.
14. Hall K. Allergy of the nervous system : a review Ann Allergy 1976 Jan;36(1):49-64.
15. Hill DJ, Heine RG, Cameron DJ: The natural history of intolerance to soy and extensively hydrolyzed formula in infants with multiple food protein intolerance. J Pediatr 1999 Jul; 135(1): 118-21.
16. INTERNATIONAL CONGR. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern ESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004.
17. Judarwanto W. Effects on Stool Characteristics, Gastrointestinal Manifestation and Sleep Pattern of Palm Olein in Formula-fed Term Infants” 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004
18. Judarwanto W. Dietery Intervention as a Therapy for Behaviour Problems in Children with Gastrointestinal Iacono G, Cavataio F, Montalto G: Intolerance of cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med 1998 Oct 15; 339(16): 1100-4.
19. Judarwanto W. Using Nutrient Dense in Children with Gastroenterointestinal Allergies” 24TH Allergy. World Congress Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition tanggal 2 – 7 Juli 2004 di Paris Perancis.
20. Judarwanto W. Dietery Intervention as a therapy for Sleep Difficulty in Children with Gastrointestinal Allergy”. 24TH INTERNATIONAL CONGRESS OF PEDIATRICS CANCÚN MÉXICO AUGUST 15TH – 20TH ,2004.
21. Kelly KJ: Eosinophilic gastroenteritis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S28-35.
22. Kelly KJ, Lazenby AJ, Rowe PC: Eosinophilic esophagitis attributed to gastroesophageal reflux: improvement with an amino acid-based formula. Gastroenterology 1995 Nov; 109(5): 1503-12.
23. Kokkonen J, Karttunen TJ, Niinimaki A: Lymphonodular hyperplasia as a sign of food allergy in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1999 Jul; 29(1): 57-62.
24. Kokkonen J, Haapalahti M, Laurila K, et al: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 797-803.
25. Lake AM: Food-induced eosinophilic proctocolitis. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S58-60.
26. Lake AM, Whitington PF, Hamilton SR: Dietary protein-induced colitis in breast-fed infants. J Pediatr 1982 Dec; 101(6): 906-10.
27. Liacouras CA, Ruchelli E: Eosinophilic esophagitis. Curr Opin Pediatr 2004 Oct; 16(5): 560-6.
28. Lindberg T: Infantile colic: aetiology and prognosis. Acta Paediatr 2000 Jan; 89(1): 1-2.
29. Lowichik A, Weinberg AG: A quantitative evaluation of mucosal eosinophils in the pediatric gastrointestinal tract. Mod Pathol 1996 Feb; 9(2): 110-4.
30. Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/intolerance and atopic dermatitis in infancy and childhood. Allergy 2001; 56 Suppl 67: 105-8.
31. Sampson HA, Anderson JA: Summary and recommendations: Classification of gastrointestinal manifestations due to immunologic reactions to foods in infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30 Suppl: S87-94.
32. Walker WA: Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age: a new entity or a spectrum of mucosal immune responses with age. J Pediatr 2001 Dec; 139(6): 765-6.
33. Vaughan TR. The role of food in the pathogenesis of migraine headache. Clin Rev Allergy 1994;12:167-180.
34. Overview Allergy Hormone.Htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
35. Allergy induced Behaviour Problems in children. Htpp://www.allergies/wkm/behaviour:
36. Brain allergic in Children.Htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.
Oleh : Dr Widodo Judarwanto SpA
Categories
bayi,
Susu Formula
Senin, 27 April 2009
Prasangka Baik
Berdasarkan wikipedia prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Sebagai manusia kita pasti suka berprasangka. Entah itu prasangka baik maupun buruk. Namun sangat dianjurkan agar kita selalu berprasangka baik, agar tercipta persahabatan dan perdamaian. Alangkah baiknya bila kita bisa selalu berprasangka baik terhadap perbedaan dan tidak memaksakan pendapat. Kata Euclides: "Orang yang kondisinya paling buruk adalah orang yang tidak percaya kepada seorang pun karena prasangka jeleknya, dan tidak dipercaya oleh seorang pun karena perbuatan jeleknya.
Sejak dilahirkan ke muka bumi ini, manusia mulai mengembangkan segala bekal yang dimilikinya. Yang paling mudah untuk dikenali adalah apa-apa yang ada di raganya, salah satunya adalah ‘pikiran‘, yang menghubungkan manusia dengan segala yang ada di Alam Ragawi, sejak saat itu pula manusia belajar menggunakan ‘pikiran’-nya, dan sejak saat itu pula ‘pikiran’ beranjak mendominasi fungsi Hati. Dan manusia cenderung untuk selalu mengedepankan kemampuan ‘pikiran’, akibatnya kemampuan ‘Hati’ menjadi semakin jarang digunakan.Prasangka bisa berupa prejudice yang membutakan akal pikiran kita. Menutup munculnya sebuah sebuah opsi lain. Padahal bisa saja ada sisi kemungkinan lain yang kita tidak pernah tahu. Ini sangat berbahaya, karena manusia bisa saling menghancurkan karena ketidaktahuan.
Pikiran adalah bagian dari Alam Ragawi ini, ia tidak bisa menjangkau alam-alam lainnya yang lebih tinggi statusnya, ia tidak mampu menjangkau Nurani kebenaran yang hakiki. ‘Pikiran’ bahkan juga tidak mampu menjangkau sesuatu yang ada dalam diri manusia lain. Untuk wilayah-wilayah yang seperti itu, ‘pikiran’ hanya membuat dugaan, membuat persangkaan. Ketika itulah manusia berada titik rawan, ia mudah tertipu, termanipulasi oleh ‘pikiran’-nya sendiri, bisa memprasangkai adanya sesuatu yang bahkan sebenarnya tidak pernah ada. Ditambah lagi dengan tergesa-gesa menyimpulkanlengkaplah sudah. prasangka itu hampir selalu mengikuti keinginan hawa nafsu, Menyadari hal tersebut, hendaklah kita segera menepis segala lintasan pikiran, dugaan, prasangka (atau entah apa lagi namanya), sehingga kita tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak teringinkan.
Alangkah enaknya kalo kita bisa hidup tidak dengan prasangka buruk, tidak dengan pandangan curiga terhadap lingkungan sekitar, tidak menuduh sembarangan hanya karena perasaan berkata demikian. kita diperintahkan untuk selalu berbaik sangka dan jangan berburuk sangka. Orang yang banyak prasangka buruk cenderung lebih mudah stress, salah satunya dikarenakan prasangka buruk itu menimbulkan banyak kekhawatiran yang tidak perlu. Jauh hari seorang guru sudah mengingatkan saya agar jangan berprasangka buruk.Berbaik sangka pada Mahluk, dan hadapi hidup ini dengan senyum di wajahmu serta keikhlasan di hatimu… begitu beliau berpesan. Sesuatu yang penting kita harus menanggalkan subjektivitas prasangka buruk. subyektivitas adalah ‘kebiasaan’ yang ‘mengatur’ kehidupan. Kita jarang mau ‘melihat’ sesuatu berdasarkan obyek apa adanya, obyektif. Ukuran-ukuran sesuatu berdasarkan pandangan, pikiran kita, bukan berdasar sesuatu itu.
Perlu kita ketahui nilai dasar dalam menjalin hubungan dengan manusia yang akan menjadi benih keahlian interpersonal adalah dengan memiliki prasangka baik lebih dahulu. Memang pada prekteknya tidak semua manusia pantas menerima predikat baik atau minimalnya baik-baik saja tetapi kalau dikalkulasi untung-ruginya, lebih untung berprasangka baik ketimbang berprasangka buruk terhadap orang lain. Prasangka buruk yang kita jadikan tesis lebih sering menghalangi sinar karakter yang sebenarnya kita miliki dan karena sinar telah redup maka membuat kita menjadi benar-benar tertipu. Padahal kalau mau jujur, hukum alam ini sering mendemonstrasikan dirinya, orang yang tertipu karena prasangka baik atas orang lain lebih enak hidupnya ketimbang orang yang menipu.Prasangka baik dalam bahasa psikologi disebut sugesti positif. Prasangka baik perlu dimiliki seseorang jika ingin meraih kesuksesan dan keberhasilan. Sugesti positif selain mencerminkan kesucian hati, juga menjadi doa, harapan, dan optimisme seseorang untuk selalu bangkit dari berbagai kegagalan dan keterpurukan.
Jika kita menumbuhkan prasangka baik pada seseorang dalam diri kita,hal ini akan lebih banyak menenagkan suasana hati kita,dari situ pula kita bisa sekaligus berlatih bagaimana menjadi orang penyabar dan ikhlas menerima kenyataan dalam hidup. Dengan demikian, kita dapat ‘memulai’ sesuatu dari titik nol, ‘melihat’ sesuatu dari sumber kejernihan. Pikiran dan emosi jadi jernih, tanpa embel-embel prasangka. Aturannya, jangan berprasangka buruk, dahulukan prasangka baik.Apabila kita bisa membersihkan pikiran dan hati dari prasangka, berarti ‘mata hati’ bebas dari segala hal, kecuali suara hati. Ini berarti kita bebas ‘menimbang’ prinsip-prinsip hidup kita. Jadi Mari kita tumbuhkan prasangka baik, dan hilangkan prasangka buruk dalam hidupkita.
Prasangka baik itu merupakan kekuatan penting untuk menyelesaikan masalah!
depok 27 April 2009
Sejak dilahirkan ke muka bumi ini, manusia mulai mengembangkan segala bekal yang dimilikinya. Yang paling mudah untuk dikenali adalah apa-apa yang ada di raganya, salah satunya adalah ‘pikiran‘, yang menghubungkan manusia dengan segala yang ada di Alam Ragawi, sejak saat itu pula manusia belajar menggunakan ‘pikiran’-nya, dan sejak saat itu pula ‘pikiran’ beranjak mendominasi fungsi Hati. Dan manusia cenderung untuk selalu mengedepankan kemampuan ‘pikiran’, akibatnya kemampuan ‘Hati’ menjadi semakin jarang digunakan.Prasangka bisa berupa prejudice yang membutakan akal pikiran kita. Menutup munculnya sebuah sebuah opsi lain. Padahal bisa saja ada sisi kemungkinan lain yang kita tidak pernah tahu. Ini sangat berbahaya, karena manusia bisa saling menghancurkan karena ketidaktahuan.
Pikiran adalah bagian dari Alam Ragawi ini, ia tidak bisa menjangkau alam-alam lainnya yang lebih tinggi statusnya, ia tidak mampu menjangkau Nurani kebenaran yang hakiki. ‘Pikiran’ bahkan juga tidak mampu menjangkau sesuatu yang ada dalam diri manusia lain. Untuk wilayah-wilayah yang seperti itu, ‘pikiran’ hanya membuat dugaan, membuat persangkaan. Ketika itulah manusia berada titik rawan, ia mudah tertipu, termanipulasi oleh ‘pikiran’-nya sendiri, bisa memprasangkai adanya sesuatu yang bahkan sebenarnya tidak pernah ada. Ditambah lagi dengan tergesa-gesa menyimpulkanlengkaplah sudah. prasangka itu hampir selalu mengikuti keinginan hawa nafsu, Menyadari hal tersebut, hendaklah kita segera menepis segala lintasan pikiran, dugaan, prasangka (atau entah apa lagi namanya), sehingga kita tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak teringinkan.
Alangkah enaknya kalo kita bisa hidup tidak dengan prasangka buruk, tidak dengan pandangan curiga terhadap lingkungan sekitar, tidak menuduh sembarangan hanya karena perasaan berkata demikian. kita diperintahkan untuk selalu berbaik sangka dan jangan berburuk sangka. Orang yang banyak prasangka buruk cenderung lebih mudah stress, salah satunya dikarenakan prasangka buruk itu menimbulkan banyak kekhawatiran yang tidak perlu. Jauh hari seorang guru sudah mengingatkan saya agar jangan berprasangka buruk.Berbaik sangka pada Mahluk, dan hadapi hidup ini dengan senyum di wajahmu serta keikhlasan di hatimu… begitu beliau berpesan. Sesuatu yang penting kita harus menanggalkan subjektivitas prasangka buruk. subyektivitas adalah ‘kebiasaan’ yang ‘mengatur’ kehidupan. Kita jarang mau ‘melihat’ sesuatu berdasarkan obyek apa adanya, obyektif. Ukuran-ukuran sesuatu berdasarkan pandangan, pikiran kita, bukan berdasar sesuatu itu.
Perlu kita ketahui nilai dasar dalam menjalin hubungan dengan manusia yang akan menjadi benih keahlian interpersonal adalah dengan memiliki prasangka baik lebih dahulu. Memang pada prekteknya tidak semua manusia pantas menerima predikat baik atau minimalnya baik-baik saja tetapi kalau dikalkulasi untung-ruginya, lebih untung berprasangka baik ketimbang berprasangka buruk terhadap orang lain. Prasangka buruk yang kita jadikan tesis lebih sering menghalangi sinar karakter yang sebenarnya kita miliki dan karena sinar telah redup maka membuat kita menjadi benar-benar tertipu. Padahal kalau mau jujur, hukum alam ini sering mendemonstrasikan dirinya, orang yang tertipu karena prasangka baik atas orang lain lebih enak hidupnya ketimbang orang yang menipu.Prasangka baik dalam bahasa psikologi disebut sugesti positif. Prasangka baik perlu dimiliki seseorang jika ingin meraih kesuksesan dan keberhasilan. Sugesti positif selain mencerminkan kesucian hati, juga menjadi doa, harapan, dan optimisme seseorang untuk selalu bangkit dari berbagai kegagalan dan keterpurukan.
Jika kita menumbuhkan prasangka baik pada seseorang dalam diri kita,hal ini akan lebih banyak menenagkan suasana hati kita,dari situ pula kita bisa sekaligus berlatih bagaimana menjadi orang penyabar dan ikhlas menerima kenyataan dalam hidup. Dengan demikian, kita dapat ‘memulai’ sesuatu dari titik nol, ‘melihat’ sesuatu dari sumber kejernihan. Pikiran dan emosi jadi jernih, tanpa embel-embel prasangka. Aturannya, jangan berprasangka buruk, dahulukan prasangka baik.Apabila kita bisa membersihkan pikiran dan hati dari prasangka, berarti ‘mata hati’ bebas dari segala hal, kecuali suara hati. Ini berarti kita bebas ‘menimbang’ prinsip-prinsip hidup kita. Jadi Mari kita tumbuhkan prasangka baik, dan hilangkan prasangka buruk dalam hidupkita.
Prasangka baik itu merupakan kekuatan penting untuk menyelesaikan masalah!
depok 27 April 2009
Selasa, 14 April 2009
Selalu Ada cinta untuk Sang buah Hati
Sabtu Pagi itu tepat di pasar Pal, Jalan raya bogor persimpangan akses ui dengan Jalan raya bogor, di pasar itu saya melihat seorang ibu yang memarahi anaknya dengan kata-kata kasar, dengan cubitan di paha anak tersebut yang membuat anak kecil itu menangis dan tak henti-hentinya, saya memberanikan diri untuk menanyakan kepada ibu tersebut "kenapa anaknya bu" tanya saya singkat kepada ibu tersebut.
"Ini anak, kalau kepasar pasti mintanya jajan terus, kemarin sudah beli mainan, sekarang minta beli mainan lagi, dan dia mengambek dan teriak-teriak di tanah, lagian kan saya bawa uang cukup untuk belanja doang" ungkap ibu itu dengan logat jakarta yang kental, "oh kenapa di cubit & dimaki kan kasihan bu" lanjut saya kepada ibu tersebut. "ya gimana engga dimarhi abis kesel banget di bilangin kagak ngarti-ngarti bandel banget deh ni anak" ucap ibu tersebut "memang dia minta apa bu, tanya saya lagi" si ibu menjawab "itu dia minta dibeliin pedang-pedangan yang bisa nyala"
Sering hanya kareana masalah sepele kita sebagai orang tua melakukan tindakan yang tidak seharusnya kepada anak-anak kita ketika anak bertingkah nakal, atau ketika mereka membangkang dari apa yang kita perintahkan, terkadang juga terkeluar makian yang kasar yang membuat kita sebagai orang tua berubah seperti monster bagi anak kita. Sadarlah mereka hanya anak-anak yang memang belum matang secara kejiwaan, mereka dalam tahap belajar dari lingkungan, wajar jika sekali-kali mereka berbuat salah, dan sadar bahwa jiwa anak-anak sangat rapuh untuk bisa mencerna kata-kata kasar kita atau bahkan gerakan hukuman fisik yang kita berikan.
Terkadang tanpa disadari kesalahan bukan pada anak kita, melainkan pada kita sebagai orang tua yang terlalu kaku mungkin maksud kita baik tapi akan berbeda yang ditangkap oleh anak kita, terkadang sifat kaku kita bisa mengekang kebebasan mereka bermain atau memilih. perlu disadari anak adalah yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang terbaik menurut mereka. Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.
membayangkan hal tersebut sungguh miris rasanya, haruskah malaikat-malaikat kecil memdapat perlakuan kasar, melihat senyuman yang lugu pun membuat hati begitu tenang, seorang sahabat pernah bercerita bahwa beliau sering mendengar buah hatinya mengigau dan berteriak ketakutan. dan ternyata hasil diskusi lebih jauh menjelaskan bahwa siangnya anak tersebut dapat makian atau kalimat kasar dari ibunya, karena tidak mau makan sayur. Tidak kah anak dilahirkan untuk disayangi?
Lihatlah buka mata & hati anda, bahwa anak-anak tidak akan membenci orang tuanya walaupun terkadang orang tua sering berbuat kasar kepada anaknya. lihatlah ketika anak-anak menangis atau memerlukan bantuan yang terucap dari bibir mungil mereka adalah ibu.... atau ayah.... buahhati kita tidak pernah berdosa kepada orang tuanya, semua mereka lakukan karena mungkin tak sadar kalau apa yang dikerjakan adalah sebuah kesalahan.
sayangilah anak anda, sadarilah bahwa buah hati kita ada untuk di bimbing dan dicintai, hentikan berbuat kasar kepada anak-anak. biarkan mereka menikmati waktu kecilnya dengan indah. sadarlah cintai anak anda mulai sekrang atau anda bisa mencintai anak anda saat mereka terbaring tak berdaya, atau anda baru menyesal dan merasa kehilangan ketika anak anda telah tiada. Selalu ada cinta untuk sang buah hati. Mari sayangi anak-anak kita.
" menatap kepolosan anak-anak, memberi keteduhan jiwa "
Depok, 11 April 2009
Erwin Arianto
"Ini anak, kalau kepasar pasti mintanya jajan terus, kemarin sudah beli mainan, sekarang minta beli mainan lagi, dan dia mengambek dan teriak-teriak di tanah, lagian kan saya bawa uang cukup untuk belanja doang" ungkap ibu itu dengan logat jakarta yang kental, "oh kenapa di cubit & dimaki kan kasihan bu" lanjut saya kepada ibu tersebut. "ya gimana engga dimarhi abis kesel banget di bilangin kagak ngarti-ngarti bandel banget deh ni anak" ucap ibu tersebut "memang dia minta apa bu, tanya saya lagi" si ibu menjawab "itu dia minta dibeliin pedang-pedangan yang bisa nyala"
Sering hanya kareana masalah sepele kita sebagai orang tua melakukan tindakan yang tidak seharusnya kepada anak-anak kita ketika anak bertingkah nakal, atau ketika mereka membangkang dari apa yang kita perintahkan, terkadang juga terkeluar makian yang kasar yang membuat kita sebagai orang tua berubah seperti monster bagi anak kita. Sadarlah mereka hanya anak-anak yang memang belum matang secara kejiwaan, mereka dalam tahap belajar dari lingkungan, wajar jika sekali-kali mereka berbuat salah, dan sadar bahwa jiwa anak-anak sangat rapuh untuk bisa mencerna kata-kata kasar kita atau bahkan gerakan hukuman fisik yang kita berikan.
Terkadang tanpa disadari kesalahan bukan pada anak kita, melainkan pada kita sebagai orang tua yang terlalu kaku mungkin maksud kita baik tapi akan berbeda yang ditangkap oleh anak kita, terkadang sifat kaku kita bisa mengekang kebebasan mereka bermain atau memilih. perlu disadari anak adalah yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang terbaik menurut mereka. Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.
membayangkan hal tersebut sungguh miris rasanya, haruskah malaikat-malaikat kecil memdapat perlakuan kasar, melihat senyuman yang lugu pun membuat hati begitu tenang, seorang sahabat pernah bercerita bahwa beliau sering mendengar buah hatinya mengigau dan berteriak ketakutan. dan ternyata hasil diskusi lebih jauh menjelaskan bahwa siangnya anak tersebut dapat makian atau kalimat kasar dari ibunya, karena tidak mau makan sayur. Tidak kah anak dilahirkan untuk disayangi?
Lihatlah buka mata & hati anda, bahwa anak-anak tidak akan membenci orang tuanya walaupun terkadang orang tua sering berbuat kasar kepada anaknya. lihatlah ketika anak-anak menangis atau memerlukan bantuan yang terucap dari bibir mungil mereka adalah ibu.... atau ayah.... buahhati kita tidak pernah berdosa kepada orang tuanya, semua mereka lakukan karena mungkin tak sadar kalau apa yang dikerjakan adalah sebuah kesalahan.
sayangilah anak anda, sadarilah bahwa buah hati kita ada untuk di bimbing dan dicintai, hentikan berbuat kasar kepada anak-anak. biarkan mereka menikmati waktu kecilnya dengan indah. sadarlah cintai anak anda mulai sekrang atau anda bisa mencintai anak anda saat mereka terbaring tak berdaya, atau anda baru menyesal dan merasa kehilangan ketika anak anda telah tiada. Selalu ada cinta untuk sang buah hati. Mari sayangi anak-anak kita.
" menatap kepolosan anak-anak, memberi keteduhan jiwa "
Depok, 11 April 2009
Erwin Arianto
Categories
Ayah,
ಸೆರಿತ Inspirasi
Senin, 30 Maret 2009
Kenali Kanker Payudara
anker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi.
1.1. Definisi 1.1.1. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (http://www.mediasehat.com/utama07.php) 1.1.2. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17
.2. Patofisiologi 1.2.1. Transformasi Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. 1.2.1.1. pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. 1.2.1.2. pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). 1.2.2. Stadium Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). 1.2.2.1. Pada sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA) . Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
• T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
• N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
• M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
1.2.2.2. Setelah masing-masing faktot T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
1.3. Gejala Klinis Gejala klinis kanker payudara dapat berupa • benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. • erosi atau eksema puting susu Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. • pendarahan pada puting susu. • Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. • Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut: • terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); • adanya nodul satelit pada kulit payudara; • kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; • terdapat model parasternal; • terdapat nodul supraklavikula; • adanya edema lengan; • adanya metastase jauh; • serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
1.4. Faktor Resiko Menurut Moningkey dan KodimPenyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya: 1.4.1. Faktor reproduksi Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. 1.4.2. Penggunaan hormon Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. 1.4.3. Penyakit fibrokistik Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali. 1.4.4. Obesitas Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini. 1.4.5. Konsumsi lemak Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk., melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun. 1.4.6. Radiasi Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur. 1.4.7. Riwayat keluarga dan faktor genetik Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
1.5. Pengobatan Kanker Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu: 1.5.1. Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992): 1.5.1.1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. 1.5.1.2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. 1.5.1.3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 1.5.2. Penyinaran/radiasi Yang dimaksud radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 1.5.3. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
1.6. Strategi Pencegahan Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa: 1.6.1. Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. 1.6.2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: • Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey. • Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun. • Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%. 1.6.3. Pencegahan Tertier Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.(Wikipedia-indonesia)
1.1. Definisi 1.1.1. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (http://www.mediasehat.com/utama07.php) 1.1.2. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17
.2. Patofisiologi 1.2.1. Transformasi Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. 1.2.1.1. pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. 1.2.1.2. pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). 1.2.2. Stadium Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). 1.2.2.1. Pada sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA) . Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
• T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
• N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
• M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
1.2.2.2. Setelah masing-masing faktot T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
1.3. Gejala Klinis Gejala klinis kanker payudara dapat berupa • benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. • erosi atau eksema puting susu Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. • pendarahan pada puting susu. • Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. • Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut: • terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); • adanya nodul satelit pada kulit payudara; • kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; • terdapat model parasternal; • terdapat nodul supraklavikula; • adanya edema lengan; • adanya metastase jauh; • serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
1.4. Faktor Resiko Menurut Moningkey dan KodimPenyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya: 1.4.1. Faktor reproduksi Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. 1.4.2. Penggunaan hormon Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. 1.4.3. Penyakit fibrokistik Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali. 1.4.4. Obesitas Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini. 1.4.5. Konsumsi lemak Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk., melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun. 1.4.6. Radiasi Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur. 1.4.7. Riwayat keluarga dan faktor genetik Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
1.5. Pengobatan Kanker Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu: 1.5.1. Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992): 1.5.1.1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. 1.5.1.2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. 1.5.1.3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 1.5.2. Penyinaran/radiasi Yang dimaksud radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 1.5.3. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
1.6. Strategi Pencegahan Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa: 1.6.1. Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. 1.6.2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: • Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey. • Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun. • Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%. 1.6.3. Pencegahan Tertier Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.(Wikipedia-indonesia)
Categories
Keluarga,
Paska Melahirkan,
Penyakit Kehamilan
Langganan:
Postingan (Atom)