Apakah anak Ayah Ibu merasa cemas saat hari pertama masuk sekolah tiba?
Apa arti hari pertama masuk sekolah? Semester ganjil yang segera tiba, tentu saja bisa memiliki berbagai makna. Sekolah baru, kelas baru, guru dan teman-teman baru, maupun topik baru untuk dipelajari anak. Seperti belantara yang baru akan dijelajahi untuk pertama kalinya, sebagian orangtua masih merasa was-was dengan apa yang akan ditemui anak di hari pertama masuk sekolahnya.
Memang benar: setiap hari pertama masuk sekolah – dalam hal ini, tahun ajaran baru – selalu ada yang baru dari kegiatan belajar dan mengajar. Yang saya maksudkan bukan semata kegiatan di ruang kelas semata, namun juga bagaimana anak membangun relasi dengan elemen-elemen baru yang ia temui di sekolah. Pak Satpam, ibu penjual di kantin, teman sebangku baru, dan masih banyak lagi. Justru, hal-hal di luar pembelajaran di kelaslah yang seringkali membuat anak bahagia bersekolah (kecuali dalam beberapa kasus, seperti perisakan atau bullying).
Namun tidak semua anak berani menghadapi hari pertama masuk sekolah. Termasuk anak-anak yang lebih besar. Setidaknya, bagi saya pribadi, tiap pertama kali masuk ke gedung sekolah baru – menandakan saya naik jenjang pendidikan – ada kecemasan di sana. Apakah ada guru killer? Adakah mata pelajaran baru yang lebih sulit ketimbang matematika? Kecemasan yang berbeda dialami anak yang berbeda, tergantung usia dan pengalaman mereka, baik bersekolah di jenjang sebelumnya maupun berinteraksi di luar rumah (jika anak baru pertama kali sekolah).
Apakah rasa cemas tersebut harus dihilangkan? Tidak, ini adalah perasaan yang wajar dialami saat anak bersiap belajar hal baru di tempat yang baru. Bukik Setiawan menulis dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong, bahwa belajar adalah petualangan yang berbahaya. Anak yang bersedia belajar berarti mau meninggalkan zona nyamannya untuk memasuki wilayah ketidaktahuan.
Ibarat memasuki rimba untuk pertama kalinya, anak akan merasa cemas, sekaligus tertantang. Dalam konteks hari pertama sekolah, anak tertantang untuk masuk, mengenal orang-orang baru, menjalin persahabatan, dan menyiapkan diri untuk belajar banyak hal. Dengan banyak manfaat positif yang bisa dialami anak dengan memulai hari pertama bersekolah, Ayah Ibu sebagai orangtua dapat mendukung anak agar tidak takut melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah.
Tiga tips berikut dapat dimanfaatkan untuk memandu anak menyelesaikan petualangan hari pertama untuk dilanjutkan di hari-hari berikutnya.
Hari pertama berarti petualangan baru
Tugas pertama orangtua adalah meyakinkan anak bahwa hari pertama masuk sekolah bisa menjadi petualangan baru baginya. Ayah Ibu bisa mengajak anak mengingat pengalamannya dahulu saat pertama kali masuk sekolah. Jika anak belum pernah bersekolah, sempatkan untuk mengajak anak untuk mengintip suasana sekolah di usia anak yang dekat dengan rumah Ayah Ibu.
Satu-dua permainan dapat menjadi tantangan bagi anak untuk menjalani petualangan barunya di sekolah. Anak yang lebih muda dapat ditantang untuk mengenal satu-dua teman barunya, atau mengingat suasana kelas di mana ia akan belajar selama setahun.
Siapkan peralatan berpetualang
Seorang petualang yang sigap, tentu memiliki peralatan dan bekal yang memadai untuk memulai petualangannya. Sayangnya, dalam konteks hari pertama bersekolah, beberapa orangtua lebih sering merasa parno apabila anak kelupaan membawa barang ini-dan-itu, sehingga memilih untuk menyiapkan peralatan sekolah anaknya.
Terutama untuk anak-anak yang lebih muda, akan lebih menyenangkan apabila anak diajak untuk menyiapkan peralatan bersekolah tersebut bersama Ayah Ibu. Ajak anak mengenal apa saja hal-hal yang diperlukan untuk ‘berpetualang’ di sekolah, dan seiring waktu, anak dapat pula belajar untuk merawat, menjaga, serta berbagi ‘peralatan berpetualangnya’ dengan sesama petualang yang membutuhkan.
Tanyakan keseruan berpetualang yang dialami anak
Saat kedua hal di atas telah diceritakan dan disiapkan, jangan lupa untuk menyambut dan mengobrol dengan anak sekembalinya ia ke rumah. Hari pertama bersekolah bisa menjadi semakin mencemaskan atau menantang, tergantung kesan pertama yang ditangkap oleh anak.
Pertama kali, tanyakan keseruan yang didapat di hari pertama anak bersekolah, lalu dapat dilanjutkan dengan mendiskusikan hal-hal yang mungkin kurang menyenangkan baginya. Selain agar Ayah Ibu memahami situasi yang dialami anak di kelas barunya, mendengarkan cerita anak memberi kita kesempatan untuk memberi dukungan yang tepat – karena kita mengerti apa tantangan yang sedang dan akan diselesaikan anak di sekolah nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar