Rabu, 14 Januari 2009

Trauma Persalinan / Melahirkan

Diposting oleh Erwin Arianto di 00.07
Trauma Persalinan


Banyak ibu masa kini enggan punya anak lagi akibat trauma persalinan. Begitu mengerikankah persalinan membekas di benak para ibu?

Semua orang di kantor menyambut gembira kehamilan Sarah, tetapi Dini, ibu muda dengan satu anak, malah bergidik. "Hiii, kamu hamil lagi ya? Nggak ngeri apa, nanti melahirkannya kesiksa lagi?"

Semua orang tahu persalinan Dini saat mengeluarkan jagon kecilnya setahun lalu memang "habis-habisan" karena pembukaan baru lengkap dalam seminggu - dokter kandungannya bertahan tidak melakukan Cesarian karena merasa Dini mampu melahirkan normal. Ternyata saat mengeluarkan anak Dini membutuhkan alat bantu vacuum. "Dikasih satu milyar pun aku nggak mau melahirkan lagi," sering Dini berkata begitu, akibat trauma pada persalinannya.

Persalinan adalah puncak kehamilan dimana bayi yang ditunggu-tunggu akhirnya lahir. Meski sangat alamiah, di mata medis maupun bagi ibu yang menjalaninya ini adalah peristiwa khusus yang penuh kesan.
Menurut dokter kandungan Dr. Antony Atmajda Sp.OG, memang betul setiap ibu akan mengalami persalinan secara unik. Artinya, ibu akan mendapatkan sensasi berbeda-beda saat bersalin. Ada yang merasakannya sebagai sesuatu yang biasa, ada pula yang sangat sensitif sehingga ketegangan atau rasa sakit jadi sangat membekas. "Meski sakit atau tidaknya persalinan relatif, tergantung sensitifitas dan ambang daya tahan ibu, pada umumnya ibu yang mengalami persalinan sulit atau lama akan merasakan persalinan sebagai tugas sangat berat dan menyakitkan," papar dokter di RS. Mitra Keluarga,Bekasi, ini.

Penyebab Trauma Persalinan

Trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya persalinan berlangsung, sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula. Normalnya persa linan berjalan kurang lebih 8-10 jam mulai fase awal, pembukaan satu sampai dengan fase akhir, pembukaan sepuluh, dan tahap mengejan. Tapi karena berbagai hal, ada ibu yang harus melalui persalinan cukup lama, hingga tiga hari bahkan berminggu-minggu dari fase awal hingga fase akhir. Itu artinya, ibu akan merasakan his atau mulas lebih lama.

Kemungkinan perlamaan ini disebabkan berbagai faktor. Faktor pertama
hambatan fisik, meliputi kecilnya lingkar panggul ibu sehingga bayi sulit keluar. Kedua, penebalan rahim, sehingga pembukaan berjalan sangat lambat. Ketiga, ketegangan vagina, sehingga vagina menjadi keras dan otot-otot saluran jalan rahim tidak lentur. Keempat, pembukaan terhambat karena posisi janin sungsang.

Selain dipengaruhi faktor fisik, hambatan persalinan juga dapat dipengaruhi faktor psikis, misal, akibat ibu kelewat emosional; tegang dan takut, sehingga darah dan energinya menjadi tidak kooperatif melancarkan proses persalinan, syaraf dan otot juga menegang sehingga jalan persalinan menjadi keras dan kaku.

Menurut Antony, hambatan non-fisik ini lebih banyak disebabkan ketaksiapan dan ketidakmengertian ibu akan proses persalinan, mungkin karena ini persalinan pertama. "Selain itu ada juga faktor pemicu berupa kendala yang timbul mendadak sehingga membuat persalinan semakin sulit. Misal, naiknya tensi darah ibu secara drastis, kambuhnya asma pada ibu hamil penderita asma, kambuhnya epilepsi pada ibu penderita epilepsi, atau menurunnya kesadaran ibu."
Selain karena faktor di atas, tindakan pertolongan persalinan yang diambil ahli medis juga bisa meninggalkan trauma membekas - akibat ngeri dan rasa sakit.

Misal, epsiotomi atau pengguntingan perineum (daerah antara vagina dengan anus) untuk memperluas jalan lahir, induksi (baik infus maupun per vagina), penggunaan vakum, cunam, penjahitan episiotomi, operasi Cesar dan segala prosedurnya, misal, pemberian suntikan epidural, dan berbagai komplikasi pasca-persalinan.

Semua ini, menurut Antony, lebih sering terjadi karena keadaan darurat, dimana ibu biasanya tidak siap menghadapinya lantaran belum dipersiapkan untuk itu.

Meminimalkan Trauma Persalinan

Menurut Antony sebenarnya trauma persalinan bisa diminimalisasi, bahkan dihindari. Caranya dengan memperkecil keadaan darurat pada saat persalinan, yaitu, "Lakukanlah tata laksana perawatan kehamilan yang memadai. Di antarannya memeriksakan kehamilan minimal satu bulan satu kali selama hamil."

Selain itu, lanjutnya, antisipasilah berbagai potensi kendala melalui
pemeriksaan fisik ibu sebelum dan selama hamil guna mengatahui kelainan yang sering muncul, misal, hipertensi, dibitesgestasional atau jantung. Ibu juga dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya gizi dan vitamin. Bila perlu dokter akan memberikan asupan vitamin tambahan. Jangan lupa menjaga kebugaran tubuh selama hamil dan melakukan senam hamil, setidaknya sebulan sebelum persalinan. "Agar ibu lebih tenang selama menjalani persalinan, sebaiknya ibu juga merencanakan kehamilan secara matang. Jadi hamil bukan sekedar karena ikut-ikutan, emosional atau karena tuntutan pihak lain. Dengan begitu ibu dapat menjalani kehamilan dengan santai dan lebih terbuka saat menjalani persalinan," tutur Antony.

Antony juga menyarankan agar ibu mengetahui semua informasi pertolongan persalinan yang biasa dillakukan dokter. Dengan informasi cukup ibu lebih siap dan rasa takut akan dikurangi. "Tak ada salahnya bila sejak awal ibu pun mendiskusikan tindakan yang diinginkan bila mengalami persalinan sulit dengan dokter, " jelasnya.

Hal ini, lanjut Antony, termasuk jika ibu ingin menggunakan metode pengurang rasa nyeri persalinan, baik medis (misal, Pethidin, ILA, Epudural) maupun non-medis (misal, teknik relaksasi, hipnosis, teknik pernafasan, homeopathy, akupuntur). "Saya kira, sepanjang tidak mengancam dan menimbulkan resiko persalinan, dokter terbuka untuk mendiskusikan hal-hal semacam ini," katanya.

Faktor lain yang juga dapat mengurangi adanya trauma persalinan adalah pendamping ibu selama persalinan. Banyak ibu tidak bisa melalui persalinan seorang diri. Biasanya mereka membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi, memberi support, bahkan membantu kelancaran persalinan itu sendiri. Sebaiknya ibu menentukan siapa orangnya jauh-jauh hari sebelum persalinan agar pendamping itu pun cukup siap menjadi tim kerja Anda.

TRAUMA GEMUKNYA...
Trauma persalinan sering pula disebabkan faktor pemicu lain di luar peristiwa saat bersalin. Berikut beberapa penyabab dan cara mengatasinya.

Kegemukan
Pertambahan berat badan (BB) saat hamil (13-17 kilogram) dianjurkan, tetapi kelebihan berat badan tidak. Mengapa? Ini karena pertambahan BB yang berlebihan potensial menimbulkan resiko kehamilan dan persalinan, juga membuat ibu terganggu saat ia kesulitan menurunkan bobotnya yang overweight. Bagi ibu yang sangat peduli penampilan - apalagi dengan adanya tuntutan pasangan dan profesi - kelebihan bobot tubuh ini bisa menimbulkan trauma tersendiri, yang sampai-sampai membuatnya kapok hamil lagi.

Untuk mengatasi kegemukan setelah persalinan, ibu harus melakukan latihan yang dapat mengembalikan kekencangan otot dan mengurangi timbunan lemak, menyusui bayi secara Ekslusif, dan mematuhi anjuran diet dari dokter.

Terhambatnya Aktifitas
Ada ibu yang menyikapi kehamilan yang dijalaninya selama sembilan bulan bulan sebagai sesuatu yang alamiah dan fun, ada juga yang menganggapnya kendala, karena ibu merasa terganggu , baik hidup dan aktifitasnya. Ini terutama jika ibu memiliki target tertentu disamping punya anak, yang menuntutnya selalu tampil normal. Kehamilan dianggap dapat mengurangi profesionalisme. Apalagi bila pasangan atau tempat ibu ia bekerja tidak mendukung..

Melahirkan Bayi dengan Masalah Khusus

Jika anak pertama lahir tidak sesuai diharapkan, misal, menderita penyakit atau kelainan tertentu, adakalanya hal ini mengusik niat ibu untuk melahirkan anak kedua dan seterusnya karena kuatir hal yang sama akan menimpa anak berikutnya. Agar hal ini tidak mengganggu secara irasional, sebaiknya ibu melakukan pemeriksaan pra-kehamilan dan persiapan untuk kehamilan berikutnya dengan lebih baik, sehingga peristiwa yang tidak diharapkan tidak terulang kembali.(Mila Meiliasari)

Sumber: Tabloid Ibu Anak

1 komentar:

Unknown mengatakan...

benar, informasi yang sangat bermanfaat.

salam kenal
abdul gamal
http://abgamal.blogspot.com

 

Info Ibu, Bayi & Keluarga Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea